Kini dua bulan telah berlalu, kondisi Al-Farizi saat ini terus membaik. Namun demikian, sang bocah belum bisa masuk sekolah, karena butuh waktu 3 bulan sampai 6 bulan bagi Al-Farizi untuk memulihkan diri secara penuh. Sesekali rasa nyeri di bagian kepalanya juga masih muncul.
Nyawa Al-Farizi yang nyaris melayang, membuat keluarga sangat sedih. Kasus ini, telah dilaporkan keluarga ke pihak kepolisian. Bahkan keluarga pelaku juga telah meminta maaf. Proses mediasi juga sedang berlangsung. Keluarga pelaku juga kooperatif dan sempat mengunjungi Al-Farizi di rumahnya.
Perjuangan Al-Farizi yang lolos dari maut merupakan bentuk kesyukuran bagi keluarganya. Namun keluarga menyayangkan, kasus perundungan masih terjadi di sekolah tersebut. Untuk menghindari trauma berat bagi sang bocah, Ayah Al-Farizi tidak ingin anaknya kembali bersekolah di SDN 4 tersebut. Dia berencana akan memindahkan Al-Farizi ke sekolah yang lain, setelah pulih total.
Basuki Jamal tahu bahwa Psikologi anaknya Al-Farizi, masih terganggu akibat mengalami kekerasan verbal dan fisik, dua bulan yang lalu di SDN 4 tersebut. Bullying atau perundungan tidak bisa dianggap sekadar candaan, karena dampaknya bisa sangat dalam dan akan bertahan seumur hidup, apalagi bagi bocah 7 tahun seperti Al-Farizi. Pihak sekolah juga diminta memberikan perhatian terhadap kesehatan Al-Farizi. “Jangan sampai ada kejadian serupa lagi bagi anak-anak yang lain. Karena kasus perundungan seperti ini adalah masalah bersama dan butuh perhatian bersama,” ujar Basuki Jamal menutup pembicaraan.***