“Masalah pengukuran krusial walaupun kecil tapi jika menyumbangkan data yang salah maka bisa salah penanganan (stunting),” tegasnya.
Berdasarkan SKI 2024, prevalensi stunting Sulteng sebesar 26,1% dan tergolong tinggi. Olehnya ia mendorong supaya rencana aksi ke depan harus lebih simpel dan fokus dengan menyasar langsung sasaran berdasarkan data yang valid.
Dalam konteks ini, wagub berpendapat penguatan peran posyandu menjadi sangat strategis. Termasuk pula Pemanfaatan aplikasi e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) yang ditekankan sebagai solusi pengumpulan data gizi anak yang akurat.
Data tersebut nantinya menjadi rujukan dalam menentukan intervensi spesifik berbasis by name by address. Tak kalah penting, pengukuran status gizi anak menggunakan alat antropometri standar seperti pengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan lingkar kepala juga harus dilakukan rutin dan konsisten.
“Pengukuran harus tiap bulan di posyandu,” sarannya agar data tumbuh kembang anak selalu ter-update.