SULTENG RAYA-Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, Hardi, meminta mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) Bahasa Kaili di satuan pendidikan tingkat SD di Kota Palu segera di evaluasi.

Kadis minta dipastikan jika mata pelajaran itu memiliki silabus, begitu juga dengan materi pelajaran di setiap kelas harus berbeda.

Hal itu disampaikan Kadis pada pembukaan sosialisasi informasi tentang pelaksanaan observasi terpadu yang dilaksanakan oleh pengawas, di Hotel Buana Halim, Selasa (11/2/2025).

Bukan hanya itu, banyak hal yang menjadi catatan kadis terkait Mulok Bahasa Kaili ini, termasuk guru pengajar mata pelajaran itu, banyak diantaranya yang bukan guru berlatar belakang suku Kaili, sehingga menyulitkan guru saat mengajar mata pelajaran.

Belum lagi terkait dialeg, Suku terbesar di Provinsi Sulawesi Tengah itu memiliki banyak dialeg, hampir di setiap daerah memiliki perbedaan dialeg, seperti dialeg Rai, Tara, dan Ledo.

Sebenarnya kata Kadis, di Tahun 2023 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu sudah mencetak buku bahasa Kaili berbasis dialeg, itu dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran. “Kalau dia mengajar bahasa Kaili di Tawaili, maka dia akan menggunakan dialeg Rai. Kalau dia mengajar bahasa Kaili di Talise dan di Lasoani ataupun di Kawatuna, maka dia menggunakan dialeg Tara,”ujar kadis.

Saat ini, dinas juga telah mengedarkan Buku Mulok di setiap satuan pendidikan tingkat SD sebanyak dua buah buku, sebagai acuan pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Kaili, masing-masing buku itu terbagi tiga, buku pertama untuk kelas bawah yakni kelas 1, 2, dan 3, sementara buku kedua untuk kelas atas, yakni kelas 4,5 dan 6.

Evalausi ini sebut kadis penting, agar proses pembelajarannya dapat berjalan dengan baik, begitu juga guru yang mengajar tidak kesulitan dan peserta didik bisa mendapatkan materi yang lebih baik. ENG