SULTENG RAYA – Sejumlah pasien dan keluarganya mengeluhkan pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anuntaloko Parigi. Keluhan itu terkait dengan ruang perawatan pasien yang ditempatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Bahkan saking banyaknya pasien, lorong IGD pun dijadikan tempat perawatan.
Banyaknya pasien yang dirawat di IGD tersebut disebabkan belum rampungnya rehab dua gedung perawatan di rumah sakit milik Pemda Parigi Moutong (Parmout) tersebut.
Rusman warga Kecamatan Ampibabo merupakan salah satu warga yang mengeluhkan hal tersebut. Menurutnya dengan kondisi seperti itu pasien bukannya sembuh malah bisa tambah sakit.
“Dengan kondisi seperti ini, pasien bisa stres karena banyak orang yang lalu lalang sehingga bukannya sembuh malah bisa tambah sakit,”ujar Rusman yang menemani ibunya dirawat di ruang IGD, Jumat (27/12/2024).
Hal senada juga disampaikan salah seorang pejabat di salah satu OPD Pemda Parmout. Menurutnya pihak manajemen rumah sakit seharusnya bisa secepatnya mengatasi persoalan tersebut.
“Seharusnya manajemen rumah sakit secepatnya mencari solusi misalnya menyiapkan tempat perawatan darurat yang sesuai standar perawatan rumah sakit atau meminjam gedung Diklat sebagai tempat perawatan seperti pada saat mewabahnya penyaki COVID-19 yang lalu. Apalagi kondisi seperti ini sudah berlangsung beberapa bulan. Kasihan warga kita terutama dari daerah yang jauh yang terpaksa mendapat tempat perawatan yang kurang nyaman,”ujar pejabat yang minta namanya tidak diberitakan.
Sementara itu, Direktur RSUD Anuntaloko Parigi, dr Revi Tilaar membenarkan banyaknya pasien yang dirawat di IGD rumah sakit tersebut. Bahkan katanya ruang perawatan ibu bersalin pun juga digunakan untuk merawat pasien lain. Menurutnya hal itu terjadi karena rehab dua gedung perawatan belum rampung.
“Sesuai kontrak, rehab dua gedung tersebut dimulai tanggal 1 Agustus 2024 dan berakhir 31 Desember 2024. Sekarang prosesnya sudah rampung, rencana hari Senin (hari ini,red) dua gedung sudah bisa digunakan. Kami tinggal pasang tempat tidur pasien dan pemasangan jaringan internet. Makanya hari ini (Sabtu,red) kami mau rapat untuk membahas penggunaan gedung tersebut,”ujar Revi di ruang kerjanya Sabtu (28/12/2024).
Revi mengakui terjadi keterlambatan proses lelang dua proyek rehab gedung perawatan tersebut. Menurutnya jika kontrak proyek tersebut dimulai bulan Juni, maka proses pekerjaannya bisa dilakukan secara bertahap sehingga proses pekerjaan rehabnya tidak dilakukan secara bersamaan. Agar ada salah satu gedung yang tetap dijadikan sebagai ruang perawatan.
Sementara pantauan wartawan, dua gedung yang direhab tersebut adalah gedung berlantai dua (ruang cemara) dan gedung berlantai empat yang menggunakan fasilitas lift. Namun tidak ada aktivitas para pekerja khususnya di gedung cemara. Kondisi ruangan khususnya di lantai satu terlihat kotor dan berdebu. Sebagian lantai masih kondisi dibongkar lantainya. Sedangkan di gedung berlantai empat terlihat dari luar dalam kondisi terkunci dan ada tangga kayu di depan masuk. Tidak diketahui apakah ada atau tidak ada aktivitas pekerjaan dalam gedung tersebut. AJI