SULTENG RAYA – Keberhasilan pembangunan suatu daerah tidak hanya diukur oleh tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari kualitas manusianya. Secara umum hal itu dapat ditunjukkan melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM dibentuk dari tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak.
Status IPM menggambarkan level pencapaian pembangunan manusia dalam suatu periode. Semakin tinggi status IPM menunjukkan capaian pembangunan manusia yang lebih baik.
IPM dapat digunakan sebagai Iukuran kinerja pemerintah dan juga sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). IPM Sulawesi Tengah tumbuh secara konsisten dan semakin membaik.
IPM tahun 2023 mencapai 71,66 atau tumbuh 0,92 persen dibandingkan tahun 2022. Pertumbuhan IPM 2023 lebih tinggi dibandingkan tahun 2022 dan rata-rata tahun
2020-2022. Peningkatan IPM didukung oleh seluruh indikator pembentuknya. (*sumber: Data Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah tahun 2024).
Peningkatan IPM di Sulteng tidak lepas dari peran kebijakan hilirisasi pengolahan nikel yang ada di daerah itu. Misalnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menjadi kawasan ekonomi baru yang menghadirkan berbagai
perusahaan pengolah mineral logam yang menyediakan kesempatan kerja.
Kawasan IMIP Morowali telah dicanangkan sebagai area industri sejak hilirisasi menjadi salah satu program khusus pemerintah.
Kehadiran kawasan IMIP membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Morowali dari sebelumnya Rp 181,232 miliar di tahun 2018 lalu realisasinya menjadi sebesar Rp 586,164 miliar pada 2023.
Adapun data terbaru realisasi PAD Morowali per Juni 2024 sebesar Rp 346,381 miliar dengan target Rp 627,115 miliar di akhir tahun 2024.
Dari sisi penerimaan daerah cukup besar yang dapat dilihat dari pendapatan asli daerah (PAD) selalu mengalami peningkatan. Diharap PAD itu, dapat menopang pembangunan infrastruktur baik pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Pengamat Ekonomi Sulteng, Prof Dr rer pol Patta Tope SE menjelaskan, kehadiran kawasan IMIP selalu memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulteng diatas rata-rata. Selain itu, peningkatan IPM 2023 di Sulteng terjadi pada semua dimensi, baik umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak, Pertumbuhan IPM 2023 mengalami percepatan dari tahun sebelumnya.
Seluruh dimensi pembentuk IPM mengalami peningkatan
terutama standar hidup layak.
Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, bayi yang lahir pada tahun 2023 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 70,66 tahun, meningkat 0,17 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.
Pada dimensi pengetahuan, harapan lama sekolah (HLS) penduduk umur 7 tahun meningkat 0,01 tahun dibandingkan tahun sebelumnya, dari 13,32 menjadi 13,33 tahun, sedangkan rata- rata lama sekolah (RLS) penduduk umur 25 tahun ke atas meningkat 0,07 tahun, dari 8,89 tahun menjadi 8,96 tahun pada tahun 2023.
Patta Tope mengatakan, hadirnya pengusaha lokal di Sulteng turut mendorong peningkatan ekonomi masyarakat di daerah itu. Tantangan dan peluang kedepan dengan adanya Kawasan IMIP, kata Prof Patta Tope, sumber
daya manusia (SDM) harus diperbaiki, pengembangan IMIP diharapkan dapat berbanding lurus dengan peningkatan SDM masyarakat Morowali, khususnya dan Sulteng pada umumnya.
“Saya berharap dengan adanya industri IMIP Morowali, bisa terus menopang pertumbuhan ekonomi Sulteng, dapat menopang perkembangan IPM kita, khususnya di sektor pendidikan, kesehatan. Kemudian menyiapkan SDM yang berkualitas sehingga bisa bersaing di dunia kerja,” ucap Prof Patta Tope.
Diharapkan juga, kata Patta Tope, dana-dana CSR dari IMIP dapat mendukung pembangunan berkelanjutan di bidang kesehatan dan pendidikan.
“Kita punya usia harapan hidup yang maksimal dan pendapatan per kapita masyarakat membaik. Tentunya, IMIP juga memberikan dampak positif terhadap peningkatan IPM di Sulteng,” katanya.
Dari rilis data BPS Sulteng bahwa untuk IPM Morowali selalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Data IPM Morowali selama lima tahun terakhir tercatat tahun 2019 IPM Morowali di angka 72,02, tahun 2020 IPM Morowali di angka 72,21, tahun 2021 IPM Morowali di angka 72,29, tahun 2022 IPM Morowali di angka 72,55, dan pada tahun 2023 IPM Morowali di angka 73,02.
Hadirnya Kawasan IMIP turut menyumbangkan puluhan ribu tenaga kerja dari seluruh Indonesia. Departemen HR PT IMIP menyebutkan, data terakhir pada September 2024 kemarin, jumlah tenaga kerja di kawasan industri IMIP telah mencapai di angka 84.336 pekerja dengan jumlah karyawan laki-laki sebanyak 77.855 orang dan perempuan 6.481 orang.
“Dengan banyaknya karyawan itu, maka mobilitas masyarakat khususnya di Morowali, akan semakin baik. Beragam usaha akan tumbuh di sana, permintaan mobilitas masyarakat lebih tinggi yang berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat di sekitar kawasan industri,” tutup Prof Patta Tope. (Sumber Klaster). *WAN