SULTENG RAYA — Tim penilai Satya Lencana Wira Karya melakukan verifikasi validasi (Verival) kepada Bank Sampah Navoe di Kelurahan Taipa binaan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng untuk penghargaan Satya Lencana Wira Karya.
Bank Sampah Navoe sendiri melakukan inovasi mengolah sampah plastik, khususnya sampah dari laut untuk menjadi bahan bakar minyak (BBM) dan kerajinan-kerajinan yang memiliki nilai ekonomi.
Adapun, tim Pemerintah Pusat yang hadir yakni Plh. Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Dr. Drs, Amran M.T beserta rombongan, sebagai pengusul dan Tim Penilai Sekretariat Militer Presiden Negara RI Kolonel. C.A.J Sandy, S.I.P, M.Si (HAN) beserta rombongan.
Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura, yang diwakili oleh Kepala DKP Sulteng, Moh. Arif Latjuba, mengatakan, beberapa hari lalu, Gubernur Rusdy melakukan pemaparan di Jakarta terkait inovasi yang dilakukan kelompok binaannya itu. Kata dia, hal itu sebagai bagian dari visi misi untuk menggelorakan keberlanjutan sektor perikanan-kelautan
“Alhamdulillah, sudah verifikasi validasi hari ini (kemarin, red). Kami membuat inisiatif ini, tentunya melibatkan masyarakat pesisir. Ini sejalan dengan prinsip ekonomi biru Kementerian Kelautan dan Perikanan,” kata Arif saat menyampaikan sambutan.
Menurut Kadis Arif, pengelolaan sampah harus terus memiliki inovasi seperti yang dilakukan Bank Sampah Navoe. Alternatif-alternatif tersebut, kata dia, dapat menjadi pilihan agar kelompok masyarakat memiliki media mengolah sampah yang makin hari makin banyak.
“Data timbulan sampah yang ada di Sulteng per 2021-2023 sebanyak 1,44 juta ton. Kita tidak bisa bayangkan dampak yang sangat berbahaya, dan merugikan bagi ekosistem laut,” katanya.
Metode Bank Sampah Navoe saat ini diklaim telah direplikasi tiga kelompok masyarakat yakni di Kota Palu (Mamboro), salah satu desa di Kabupaten Sigi, dan salah satu desa di Kabupaten Morowali.
“Alhamdulillah perubahan-perubahan mindset di masyarakat mulai nyata soal sampah,” katanya.
Pada kesempatan itu, tim verifikasi validasi melakukan tanya jawab dengan Ketua Bank Sampah Navoe, Dirsan Masra dan anggotanya.
Sesi tanya jawab tersebut dibarengi dengan penjelasan Dirsan kepada tim penilai untuk pengolahan sampah plastik menjadi BBM lewat media yang mereka wadah/mesin yang mereka ciptakan, demo penggunaan produksi BBM untuk kendaraan roda dua, hingga membahas tentang bantuan-bantuan peralatan untuk menunjang keberlangsungan produksi.
Tim penilai juga melakukan tanya jawab langsung dengan nelayan yang menggunakan BBM produksi Bank Sampah Navoe untuk melaut, supir truk yang menggunakan solar, dan ibu rumah tangga yang menggunakan minyak tanah untuk memasak.
Kepada wartawan, Dirsan mengatakan Bank Sampah Navoe telah beroperasi sejak 2019 dan menjadi salah satu kelompok yang konsen terhadap masalah sampah. Ia menceritakan, pernah dalam satu momentum, pihaknya memperoleh 3,3 ton dari nelayan.
“Itu waktu momentum Bulan Cinta Bahari kami dapat banyak (3,3 juta ton). Kami juga punya mitra seperti sekolah-sekolah, kampus. Mereka kumpulkan sampah untuk dijual disini,” katanya.
“Berkat gerakan ini, orang mulai sadar akan pentingnya mengelola sampah. Untuk sekarang alhamdulillah tidak ada kendala bahan baku sampah ini. Semoga bisa terus bertambah volumenya,” ujarnya menambahkan. RHT