RAYA— Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) hari ini mengumumkan penyelenggaraan Gateways Study Visit (GSVI) pada 1–3 Oktober 2024 di Bali.

Konferensi bertajuk “Lebih dari Intervensi Teknologi: Menavigasi Transformasi Pendidikan Indonesia” tersebut direncanakan akan dihadiri oleh delegasi lebih dari 20 negara dan organisasi internasional.

Acara ini menjadi kesempatan bagi Indonesia dan negara peserta dalam berbagi pengalaman, mendiskusikan tentang keberhasilan, tantangan, dan transformasi pendidikan yang dilakukan, terutama dalam payung Merdeka Belajar.

“Kepercayaan UNESCO dan UNICEF kepada Indonesia sebagai tuan rumah menjadi penyemangat bagi kami karena menunjukkan bahwa transformasi pendidikan yang dilakukan sudah berjalan di arah yang tepat. Kami harap, kompleksitas dan skala transformasi pendidikan yang dilakukan Indonesia dapat menjadi pembelajaran dan pemantik aneka gagasan inovatif dalam pelaksanaan GSVI nanti untuk memperkuat upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berfokus pada murid,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril, Jakarta (11/9/ 2024).

Iwan menambahkan, Gateways merupakan inisiatif yang dijalankan UNESCO dan UNICEF bagi negara-negara untuk membangun dan meningkatkan platform pembelajaran bagi publik. Kerja sama lintas batas ini bertujuan memastikan agar semua murid, aktor pendidikan, dan keluarga memiliki akses ke platform dan konten pendidikan digital yang berkualitas. Adapun Gateways Study Visit Indonesia menjadi pertemuan kedua bagi negara-negara peserta Gateways setelah sebelumnya dilaksanakan di Mesir pada Mei lalu.

“Saya percaya, pendidikan mengubah bangsa. Sebagai penghubung dan aksi terkait program transformasi pendidikan di Indonesia, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) melihat perkembangan dan inovasi yang berjalan sudah sesuai dengan apa yang menjadi harapan UNESCO. Peran kita di panggung global juga diejawantahkan lewat terpilihnya Indonesia sebagai salah satu anggota Dewan Eksekutif UNESCO periode 2023–2027, mewakili wilayah Asia Pasifik,” kata Ketua Harian KNIU Itje Chodidjah.

Sementara itu, Kepala Pusat dan Teknologi Informasi Kemendikbudristek Yudhistira Nugraha menyebutkan, Indonesia telah melakukan transformasi ekosistem pendidikan dalam lima tahun terakhir. Platform digital yang dikembangkan secara holistik, antara lain Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Kampus Merdeka, akun belajar.id, ARKAS dan SIPLAH.

“Hari ini kita melihat guru-guru yang mendapatkan akses berkualitas melalui platform Merdeka Mengajar meningkat 7 kali lipat dibandingkan pada 2019. Selain itu, lebih dari 95 persen sekolah telah melakukan perencanaan berbasis data menggunakan platform Rapor Pendidikan. Artinya, kehadiran solusi teknologi ini membantu aktor pendidikan, seperti guru, kepala sekolah, dan kepala dinas untuk lebih fokus melakukan peningkatan kualitas pendidikan yang berfokus pada murid. Harapannya, capaian-capaian kuantitatif dan kualitatif yang sudah berlangsung ini dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,” kata Yudhistira.

Lebih lanjut, dalam GSVI nanti, terdapat beragam sub-acara termasuk sesi tingkat menteri, pendalaman strategi inovasi dan teknologi pendidikan Indonesia, lokakarya dan diskusi. Tersedia juga ragam kegiatan yang bertujuan membuka wawasan peserta delegasi terkait tantangan, capaian, dan keberlanjutan penerapan transformasi pendidikan di Indonesia. Serta, penampilan seni dari pelajar dan pelaku budaya untuk menunjukkan keberagaman Indonesia.

“Kita sebagai bangsa Indonesia harus merasa bangga diminta UNESCO dan UNICEF untuk menyelenggarakan Gateways Study Visit karena ini merupakan salah satu dari berbagai bentuk global bahwa transformasi pendidikan kita sudah berada di jalan dan arah yang tepat. Sehingga, sangat penting upaya peningkatan kualitas pendidikan tersebut dipastikan keberlanjutannya dengan berlandaskan semangat gotong royong bangsa Indonesia,” tutup Iwan.*ENG