Dosen UIN Datokarama Dr. Khairuddin Cikka, S.Kom.I., M.Pd.i dikenal dengan nama Cikka lahir di Desa Gintu, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso pada tanggal 30 Desember 1988, desa kecil yang dikenal sebagai  “Negeri 1000 Megalit” ini menjadi saksi masa kecil Cikka yang penuh kebahagiaan dengan  permainan tradisional, jauh dari pengaruh Gadget seperti anak-anak masa kini.

Namun, kehidupannya berubah ketika kerusuhan Poso meletus pada tahun 2000. Cikka yang masih sangat muda, harus berpisah dengan kedua orang tuanya. Mereka jauh mengirimnya ke Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah demi keselamatan.

Pada saat itu akses jalan dari desanya ke Masamba masih ditempuh dengan berjalan kaki memakan waktu hingga 10 hari perjalanan untuk sampai ke Kota Masamba. “Setiap enam bulan orang tua saya menjenguk, menempuh jalan yang penuh bahaya hanya untuk memastikan saya baik-baik saja,” kenang Cikka dengan mata yang berkaca-kaca.

Pada tahun 2003, Cikka melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Palu. Setelah lulus SMA tahun 2006, ia mempersiapkan diri menjadi anggota . Namun, cita-citanya menjadi anggota Polri kandas setelah empat kali mencoba dan gagal.

Tetapi, Cikka tidak pernah menyerah. Dia melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Datokarama, lulus dengan cepat dan menjadi salah satu yang diangkatannya, namun tidak mudah baginya. Kesempatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga beberapa kali kandas, hingga akhirnya ia berhasil lolos pada tahun 2018 setelah melalui seleksi yang sangat ketat.

Pada masa kuliah S1 Cikka aktif di Organisasi Resimen (MENWA). Pada tahun 2012, Cikka melanjutkan studi S2 dan lulus di tahun 2014. Di tahun yang sama ia mendaftarkan diri menjadi dosen luar biasa atau dosen tidak tetap di Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu Ilmu Keguruan. Pendidikan  jenjang Doktor ditempuhnya sedikit lebih lama, yaitu sembilan semester di UIN Datokarama Palu jurusan Pendidikan Agama Islam, selesai pada tahun 2024.

“Alhamdulillah sekarang Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Perjuangan yang penuh dengan tantangan, rintangan, dan cobaaan yang datang mengajarkan bahwa harus sabar dan ikhlas menjalani hidup ini dengan skenario-skenario yang Allah berikan, karena rencana-Nya itu jauh lebih baik,” ujarnya.

Momen yang paling mengesankan dan menginspirasi saat Cikka berada dalam garis kegagalannya, ia terus berusaha tanpa henti untuk meraih kesuksesan. Ia terus berdedikasi dalam karirnya, mengemban amanah waktu demi waktu. Kini, cita – citanya ingin menjadi guru besar dan dosen profesional. Harapannya saat pensiun akan kembali ke kampung halaman untuk mengabdi di desanya.

Cikka menyadari bahwa hidup ini penuh ujian dan tantangan, namun ia tidak pernah kehilangan semangat. Baginya, setiap langkah, setiap kegagalan dan setiap kehilangan adalah bagian dari proses pembentukan diri. “ Saya mungkin tidak bisa menjadi yang terbaik, tapi saya akan terus berusaha dengan niat baik dan hati yang ikhlas,” ujarnya.

Ditengah kesuksesannya, Cikka tetap merasa dirinya adalah orang yang sama seperti dulu, seorang anak dari desa terpencil yang ingin memberikan hal terbaik untuk desanya. “ Yang berubah hanya umur, tapi hati saya tetap sama,” ucapnya.

Dibalik semua pencapaian dan kegagalan yang ia alami, Cikka tetap berpegang teguh pada perinsipnya “rendah hati dan selalu siap bangkit dari keterpurukan”.

Kini, Cikka adalah seorang dosen yang dihormati, namun ia masih merasakan luka dihatinya. Kehilangan istri pertamanya menjadi salah satu cobaan terberat dalam hidupnya. “Hati ini hancur, tapi saya percaya, tuhan akan mempertemukan kami lagi suatu hari nanti, “ ucapnya dengan suara yang lirih. Bagi Cikka, hidup adalah tentang bertahan dan terus melangkah, meskipun langkah itu terasa berat. “ Mungkin saya tidak bisa jadi yang terbaik, tapi saya selalu berusaha, dengan niat yang baik dengan hati yang ikhlas,” terangnya, sembari menatap ke kejauhan, seolah mengenang perjalanan hidupnya yang panjang dan penuh liku. ***