RAYA– Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan kembali menyelenggarakan Bertutur (Intur). Festival seni budaya Indonesia Bertutur 2024 digelar di Bali pada 7-18 Agustus.

Direktur Perfilman Musik dan Media, Ahmad Mahendra mengatakan bahwa Intur diselenggarakan dua tahun sekali di mana tahun pertama bertepatan dengan G20 di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan tema  “Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan”.

Indonesia Bertutur 2024 mengusung tema “Subak: Harmoni dengan Pencipta, Alam, dan Sesama”. Filosofi Subak yang diusung Indonesia Bertutur sarat akan makna keseimbangan hubungan antara manusia dengan pencipta, sesama, dan alam. Konsep ini dikenal oleh masyarakat Hindu Bali sebagai falsafah Tri Hita Karana. Selain itu, sistem Subak sendiri telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada tahun 2012.

Mahendra menjelaskan tentang pentingnya memahami Subak yang sudah dikenal di mancanegara. “Sekarang penting sekali soal Subak. Subak yang tidak hanya tentang Indonesia saja, tapi juga dunia. Subak itu tentang air; keadilan air, harmoni dengan pencipta, harmoni dengan alam, harmoni dengan sesama dengan sesama itu sebenarnya kunci keberlangsungan manusia, keberlangsungan dunia,” ujarnya  saat gelar wicara Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) di Balai Budaya Kantor Perbekel Batubulan, Gianyar, Bali, (8/8/2024).

Terkait peran pemerintah dalam upaya pemajuan kebudayaan, Mahendra mengatakan bahwa peran pemerintah selain sebagai pembuat aturan, saat ini juga memperkuat tata telola kebudayaan dan peran pemerintah sebagai fasilitator.

“Poin pentingnya sebagai fasilitator, pemerintah menerima ide-ide dan membuka ruang untuk memperkuat ekosistem kebudayaan. Saat ini banyak akses untuk pelaku budaya, di antaranya Dana Indonesiana, beasiswa untuk pelaku budaya, dan Indonesiana TV sebagai platform media kebudayaan,” jelas Mahendra.

Direktur Artisitik Indonesia Bertutur 2024, Melati Suryodarmo, menjelaskan bahwa para seniman yang terlibat di Intur bersumber dari pemikiran Subak. Ia mengatakan bahwa Subak bukan hanya mengenai sistem perairan.

“Subak tidak hanya mengenai  sistem perairan, padi, terasering. Subak itu adalah kesepakatan warga, kebersamaan, unsur menguatkan dengan Tuhan, alam, dan dengan sesama. Mohon harmoni ini yang penting sekali diangkat. Harmoni Subak dapat tersalurkan tidak hanya di Indonesia bahkan hingga seluruh dunia. Maka Subak bersama menuju harmoni menjadi tema Intur tahun ini,” ujar Melati.

Sejalan dengan itu, Indonesia Bertutur membuka ruang kolaboratif berbagai pelaku seni budaya dalam berkarya dengan berakar pada warisan budaya bangsa. Dengan demikian, Intur dapat memperkuat upaya pemajuan kebudayaan di Indonesia secara berkelanjutan dengan membangun jembatan pengetahuan lokal dengan keadaan era 4.0, mendorong peran aktif generasi muda dalam melindungi serta memanfaatkan peninggalan , menyediakan platform kolaborasi untuk seniman lintas disiplin, dan memaknai warisan ilmu pengetahuan sebagai sumber kreativitas bangsa.

Lalu, Indonesia Bertutur berupaya membangun ketertarikan masyarakat terhadap seni pertunjukan, film, dan ekspresi budaya. Melati menyampaikan Intur tahun ini bekerja sama dengan museum-museum yang mengoleksi warisan dunia dan para seniman.

“Tahun 2022, Intur mengambil inspirasi megah dengan relief Borobudur dengan filosofi yang masih sangat dekat dengan kehidupan masa kini. Sedangkan Intur Bali bekerja sama dengan museum-museum yang mengkoleksi warisan dunia dipadukan dengan seniman Indonesia Bertutur di mana-mana,” tutur Melati.

Festival Indonesia Bertutur 2024 diselenggarakan di enam titik lokasi yang tersebar di Batubulan, Ubud, dan Nusa Dua. Melibatkan sekitar 900 pelaku seni budaya dari Indonesia dan , kali ini Intur akan menampilkan sekitar 120 karya yang mengomunikasikan berbagai ekspresi budaya, khususnya kepada generasi muda. Beragam karya yang ditampilkan melalui berbagai medium seni, seperti instalasi, performans, musik, tari, film, atau pertunjukan teater, -nilai warisan budaya, termasuk Subak, dapat diresapi dan menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan sehari-hari masa kini. Salah satu karya yang ditampilkan yaitu seni musik seniman asal , Erlinda Sofyan. Dalam pembuatan karyanya, Erlinda terinspirasi dari lonceng Cakra Donya yang ada di Museum Aceh. Ia menceritakan sejarah lonceng tersebut secara singkat.*ENG