SULTENG RAYA- Persyarikatan Muhammadiyah menjadi organisasi Islam yang komplit dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari TK, sekolah, sampai perguruan tinggi.

Menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto, untuk mendukung eksistensi antara satu dengan yang lain diperlukan ekosistem. Saling membantu, saling terkait antara yang satu dengan yang lain.

Sekolah-sekolah Menengah Atas yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah, kata Agung, harus mendukung Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APTMA). Sebaliknya, PTMA juga membantu sekolah-sekolah Muhammadiyah bahkan sampai TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA).

Diharapkan dari pembangunan ekosistem pendidikan ini, institusi-institusi pendidikan Muhammadiyah memiliki ‘imunitas’ terhadap persoalan-persoalan yang disebabkan dari eksternal. Salah satunya adalah program P3K untuk guru yang menyita banyak perhatian itu.

Ekosistem pendidikan ini sebutnya harus dibangun dengan sebaik-baiknya. Bagaimana sekolah bisa menopang dan mendorong lulusannya untuk bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Begitu juga sebaliknya, perguruan tinggi melalui programnya juga harus membantu pengembangan sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Gagasan tersebut sebenarnya juga perna digagas oleh Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu, Prof.Dr. H. Rajindra, SE., MM, dengan cara membangun ekosistem antara Unismuh Palu dengan sekolah-sekolah yang dimiliki Perserikatan Muhammadiyah di Sulawesi Tengah, melalui Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di setiap kabupaten/kota.

Setiap PDM mendapatkan jatah dua orang untuk dikuliahkan gratis di kampus biru hingga lulus, dengan tujuan setelah mereka lulus kembali ke daerahnya untuk mengabdikan diri di Amal Usaha Muhammadiyah.

Namun menurut Prof Rajindra, itu tidak berjalan sebagaimana semestinya, karena sepertinya PDM hanya sekadar memenuhi kuota yang diberikan pihak Unismuh Palu, tanpa melihat dari sisi kebutuhan daerah. “Seharusnya itu, dilihat dulu apa kebutuhan Muhammadiyah di daerah, apakah kebutuhannya adalah tenaga guru, tenaga administrasi, atau sarjana ekonomi, sehingga yang dikirim itu dikuliahkan di jurusan yang dibutuhkan daerah itu,”sebut Prof Rajindra.

Jika itu katanya berjalan sebagaimana semestinya, maka itu akan sangat sesuai yang disampaikan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto, yaitu akan terbangun ekosistem untuk mendukung eksistensi antara satu dengan yang lain.

Terutama katanya sekolah-sekolah yang kekurangan guru akibat eksodus ke sekolah negeri karena lolos program P3K. “Itu bisa terpenuhi jika PDM mengisi koutanya dengan mengirim mahasiswa kuliah di FKIP, karena kita memiliki fakultas itu, apa lagi program ini telah digagas sekitar lima hingga enam tahun lalu,”jelasnya.

Bahkan, Prof Rajindra perna meminta kebutuhan guru di setiap PDM, namun sayang hingga hari ini data yang diminta itu tidak perna muncul. ENG.