RAYA – Sebanyak lima orang dari Fakultas Teknik Universitas Tadulako () mengikuti kompetisi program kreativitas mahasiswa (PKM) bidang video gagasan konstruktif (VGK) 2024.

Kelima mahasiswi itu membuat video inovasi tentang “Smart System Sediment Trap Berbasis IoT dan sebagai Upaya untuk Mencapai Tujuan Berkelanjutan di sebagai pengendalian sedimentasi di perairan rancangan”, yang bisa ditonton pada link instagram https://www.instagram.com/smasystrap_pkmvgk?igsh=d3J4NGx0ZnAyaGo3, dan youtube di link http://www.youtube.com/@SmasysTrapPKM-VGK.   

Adapun kelima mahasiswa itu atas nama; Rani Mi'rajnaeni Inhar jurusan Teknik Geofisika 2021 (ketua tim) dan rekannya Inayah Nur'Aviva Aslim jurusan Teknik Sipil 2021, Adilla Lutfia jurusan Teknik Arsitektur 2021, Sintia jurusan Teknik Arsitektur 2021, dan Lulu'Fitria jurusan Teknik Geofisika 2023.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Sulteng Raya, Senin (15/7/2024) menjabarkan, salah satu permasalahan utama dihadapi masyarakat yang memiliki dampak secara signifikan adalah meningkatnya sedimentasi yang ditimbulkan dari perubahan iklim (climate change).

Wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya berupa perairan dengan banyak terdapat sungai dan laut, sehingga banyak ditemukan muara atau estuari di Indonesia.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perairan Indonesia sangat penting untuk ekosistem perairan dan lingkungan. Peningkatan sedimentasi dapat menyebabkan pendangkalan di pelabuhan dan jalur pelayaran sehingga mengganggu aktivitas pelayaran dan navigasi nelayan.

Hal ini dapat menyebabkan penurunan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan, serta berdampak negatif pada mata pencaharian nelayan.

Sedimentasi yang berlebihan juga dapat mengganggu ekosistem perairan dan mengurangi jumlah dan keberagaman ikan yang ditangkap oleh nelayan. Badan Pusat Statistik dalam dokumen Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2021 tercatat selama tahun 2010-2019 terjadi penurunan jumlah nelayan hingga mencapai 330.000 orang.

Kendala tersebut tidak lain dikarenakan kurangnya fasilitas dan keterbatasan dalam pengendalian sedimentasi di perairan, maka dari permasalahan tersebut muncul suatu gagasan sistem perangkap sedimen yang dirancang khusus untuk membantu nelayan agar mempermudah dalam aktivitas pelayaran serta menjaga dan melestarikan ekosistem perairan.

Apa Gagasannya?

Gagasan sistem tersebut berupa inovasi smart system sediment trap in estuaries barbasis IoT dan AI sebagai upaya untuk mencapai tujuan berkelanjutan di Indonesia.

Penggunaan smart system sediment trap itu memudahkan penangkapan sedimen yang lebih efisien, sistem perangkap sedimen ini dapat mengurangi jumlah sedimen yang mencemari perairan.

Sistem perangkap sedimen ini dirancang menyerupai bendungan bawah permukaan, sehingga perangkap ini tidak mempengaruhi ekosistem permukaan dan tidak mengganggu pemukiman atau infrastruktur daratan.

Rancangan ini dengan menyerupai bendungan memberikan pada pelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam.

Gagasan futuristik pada Smart System Sediment Trap in Estuaries Berbasis IoT dan AI sebagai Upaya untuk Mencapai Tujuan Berkelanjutan di Indonesiayang penulis harapkan dapat menjawab permasalahan pada Development Goals yakni ke-9 Industry, Innovation and Infrastructure, ke-13 yakni Climate Action, dan ke-14 yakni Live Below Water dengan berfokus pada pengendalian sedimentasi dan perlindungan lingkungan perairan yang menerapkan  perangkap sedimenberbentuk bendungan bawah permukaan yang disertai teknologi berbasis of Things (IoT) dan (AI) sebagai upaya untuk mencapai tujuan berkelanjutan di Indonesia.

Serta menerapkan sensor yang dapat dimonitoring langsung menggunakan smartphone, sehingga tercapainya sistem perangkap sedimen yang berkelanjutan. */RHT