SULTENG RAYA – Semua orang tentunya ingin hidup sehat dan berkualitas. Namun, jika terkena penyakit kritis, maka bukan hanya pasien yang menderita, tetapi juga anggota keluarga lainnya dan kondisi keuangan dapat turut terpukul.

Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang tepat untuk menjaga kondisi keuangan tetap baik saat salah satu anggota keluarga terkena penyakit kritis.

Sebagaimana dikemukakan Shahnaz Haque, seorang publik figur yang pernah menderita kanker ovarium, bahwa proses menjalani penyakit kritis dan mematikan dapat berdampak pada seluruh anggota keluarga, tidak hanya si sakit. Pasalnya, selain penyakit yang berat, proses penyembuhan yang lama pun dapat mempengaruhi seluruh anggota keluarga.

“Saya mau menyampaikan begini. Bahwa kesembuhan itu dari pasangan yang kuat dan dari anak-anak yang mendukung. Karena biasanya kebanyakan semangatnya itu di awal-awal saja. Biasanya masuk tahun kedua, tahun ketiga, mulai kendor, kok enggak sembuh-sembuh ini penyakit. Jadi misalnya kalau ada yang kanker, yang sakit tuh bukan pasiennya saja. Satu keluarga ikut sakit, biasanya. Sehingga, anda yang mengalami ini, kesabaran kita sedang diuji,” kisahnya.

Elis, seorang ibu anak tiga yang tinggal di Jakarta, juga berbagi kisah yang sama, saat sang suami yang merupakan kepala keluarga didiagnosis menderita penyakit kanker. Proses pengobatan dan penyembuhan yang panjang turut memukul kondisi keuangan keluarga.

“Jadi saya sempat merasakan kehilangan aset yang luar biasa ketika suami saya didiagnosa kanker. Kebetulan anak-anak saya masih kecil-kecil saat ayahnya terkena kanker. Alhamdulillah, tahun 2017 suami saya sudah dinyatakan sembuh,” ujarnya.

Direktur Bisnis Individu PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life), Fabiola Noralita, menyebutkan bahwa penyakit kritis yang tidak menular merupakan penyumbang terbesar penyebab kematian di Indonesia. Selain level penyakitnya yang berat, biaya pengobatannya penyakit kritis termasuk yang tertinggi di antara jenis penyakit yang lainnya.

“Jadi penyakit seperti jantung, kanker, stroke, dan gagal ginjal, menempati urutan teratas untuk penyakit dengan biaya catastrophe. Walaupun tidak menyebabkan kematian, biaya-biaya yang timbul memang luar biasa. Untuk awal saja, cek, prepare, dan sebagainya, itu sudah tinggi. Contoh, seseorang kena serangan jantung pertama, lalu pasang ring, itu sampai Rp0,5 miliar sendiri. Biaya pengobatan cancer yang kedua paling besar. Kemudian stroke, gagal ginjal, dan sebagainya,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Fabiola, penting sekali melakukan perencanaan keuangan yang baik dan matang untuk berjaga-jaga apabila menghadapi risiko tersebut di kemudian hari. “Seperti sedia payung sebelum hujan. Penting sekali menyiapkan perencanaan keuangan yang akan membantu kita semua untuk merasakan ketenangan, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” ujarnya.

Menurut Fabiola, salah satu produk yang tepat adalah asuransi khusus untuk critical illness atau penyakit kritis. Di IFG Life, proteksi khusus untuk penyakit kritis tersebut dirangkum dalam sebuah produk bernama IFG LifeCHANCE.

“Kita lihat bahwa kebutuhan asuransi saat ini bukan hanya sampai meninggal dunia, tetapi juga untuk membantu ketika terkena musibah salah satu penyakit critical illness, kita masih bisa melanjutkan kehidupan. Kita menamakan IFG LifeCHANCE sebab kita berusaha semaksimal mungkin membuat tenang nasabah-nasabah dimana ketika musibah ini menimpa, maka masih ada peluang untuk tetap terproteksi dengan adanya sejumlah uang pertanggungan yang akan dibayarkan,” tutupnya. RHT