RAYA – Local & Regional Expert atau analis di Sulteng, Ahlis Djirimu memberikan langkah solutif menghadapi fenomena kenaikan harga cabai yang saat ini sangat tinggi, bahkan mencapai Rp170.000 per kilogram (kg) di pasar tradisional kota .

Ia mengakatan, sejatinya, komoditi cabai merupakan komoditi musiman, akan beda penanganannya dibanding dengan komoditi pangan lain yang punya jangka lebih panjang. Ia mengakatakan, kedepan, koordinasi harus diperkuat, tidak mementingkan ego lintans instansi atau jalan sendiri-sendiri.

“Semua ada di provinsi, implementasinya ada di kabupaten, harus dipastikan data kebutuhan atas cabai itu. Musti sinergi antar perangkat daerah itu sendiri, karena ini hulu dan hilir. Di hulu ada dinas dan hortikultura, di hilir ada dinas pangan yang mengetahui kebutuhan cabai itu. Kemudian, yang lainnya ada di Disperindag,” katanya saat konferensi pers Realisasi yang dilaksanakan Satu di Auditorium UIN Datokarama Palu, Kamis (21/12/2023).

“Kalau ada sinergi antar OPD ini, itu sebenarnya sudah bisa diantisipasi sebelum melonjak seperti ini harganya. Sudah bisa diketahui kebutuhan akan cabai itu,” ujarnya menambahkan.

Langkah antisipasi selanjutnya, kata dia, pemerintah harus memperhatikan dengan cermat ihwal musim tanam komoditi itu. Sebab, dari sana bisa diketahui periode komoditi musiman akan rentan bergejolak.

“Kalender tanam itu harus dipatuhi, ini terkait juga dengan kawan-kawan yang ada di BPTP, mereka harus tahu betul termasuk dengan kesesuaian lahan, iklim. Ini semata-mata karena hukum ekonomi berlaku, supply dan demand,” tutupnya.