Sulawesi Tengah dijuluki sebagai Negeri 1.000 megalit karena kehadiran 900 lebih megalit dari berbagai bentuk dan ukuran yang tersebar di Lembah Napu dan Bada, Kabupaten Poso.

Oleh: Irwan/Sulteng Raya      

Selain julukan Negeri 1.000 megalit, Poso juga layak untuk dijuluki “Negeri 1.000 energi”, karena di tanah ini, hadir sebuah pembangkit energi terbarukan terbesar di Indonesia Timur, PT. Poso Energy.

Bukan tanpa alasan, julukan itu layak disematkan untuk Poso, keberadaan PT Poso Energy membawa banyak energi baru bagi kabupaten yang pernah mengalami konflik horizontal di masa lalu.

Dua dekade yang lalu, warga Sulteng masih sangat akrab dengan peristiwa mati lampu dan ketersediaan aliran listrik yang terbatas. Hal itu pula yang membuat  minimnya industri yang hadir di Sulteng.

“Investor sulit masuk ke Sulteng karena faktor listriknya tidak mendukung” kalimat ini sering kami dengar dari narasumber dalam setiap diskusi-diskusi ekonomi pada era tahun 2008 – 2011.

Hadirnya PT Poso Energy di Sulteng bisa mengatasi keresahan tentang pasokan listrik yang tidak memadai. Energi itu hadir dari tanah Poso dengan memanfaatkan air melimpah sebagai bahan baku yang ramah lingkungan.

Memiliki kapasitas 515 MW, menjadikan PT. Poso Energy sebagai perusahaan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) terbesar di wilayah Indonesia Timur.

Suplai energi ini mampu melayani beban puncak untuk wilayah Sulawesi bagian selatan yakni Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.

PT Poso Energy  yang memanfaatkan aliran air Sungai Poso hadir di tengah-tengah momentum banyak industri smelter yang masuk ke sistem kelistrikan PLN di Sulawesi Bagian Selatan.

Kehadirannya dengan kapasitas 515 MW mendukung pemenuhan energi listrik masyarakat dan industri melalui PT PLN.

PT. Poso Energy diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 25 Februari 2022. Hadirnya “1.000”energi ini turut memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan industri di Sulteng.

Kini perekonomian di Sulteng  mulai tumbuh, bahkan angka pertumbuhannya mencapai 13 persen  dan menjadi yang tertingi kedua secara nasional.

Untuk skala lokal, PT Poso Energy turut meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Poso melalui penyerapan tenaga kerja lokal, dan  peningkatan kemandirian ekonomi kelompok masyarakat melalui UMKM binaan CSR Poso Energy.

Semua kemanfaatan itu, PT Poso Energy turut memberikan “energi positif” dalam memulihkan citra Kabupaten Poso yang dulunya sebagai kawasan rawan konflik, menjadi daerah pusat pertumbuhan ekonomi baru.

PELOPOR ENERGI HIJAU

Selain berdampak bagi perekonomian Sulteng, PT Poso Energy juga menjadi salah satu pelopor energi hijau  (energi ramah lingkungan) atau dikenal juga sebagai energi terbarukan.

Jauh sebelum adanya perjanjian Paris 2016 (Paris Aggrement), sebuah perjanjian internasional tentang perubahan iklim, PLTA dengan kapasitas 515 MW ini sudah mulai dibangun dan dioperasikan sejak Desember 2012.

Seperti diketahui,  PLTA Poso dibangun dalam dua tahap yakni eksisting dengan kapasitas 3×65 MW beroperasi sejak Desember 2012, kemudian extension dengan kapasitas 4×30 MW dan kapasitas 4×50 MW telah selesai pembangunan sejak Desember 2021.

Artinya, komitmen menjaga lingkungan telah lama dipelopori dan diwujudkan dari Poso. Komitmen menghadirkan enegi hijau dengan memanfaatkan sumber daya air yang melimpah di Sungai Poso.

Energi yang terbarukan merupakan sumber daya alam yang tersedia secara terus-menerus dan tidak terbatas. Memanfaatkan sumber daya yang terbarukan dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil yang terbatas dan menghindari risiko kelangkaan energi di masa depan.

Manager Bisnis PT Poso Energy, Ismet Rahmad Kartono dalam sebuah diskusi mengatakan, PLTA Poso yang ramah lingkungan siap mendukung program pemerintah dalam NET Zero Emission 2060.

Salah satu upaya yang dilakukan agar sumber energi selalu ada yaitu dengan menjaga kelestarian lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Karena air yang terjaga secara kualitas dan kuantitasnya digunakan untuk membangkitkan energi listrik.

“Menjaga kualitas dan kuantitas air tetap terjamin menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan, itu bertujuan agar PLTA Poso dapat terus membangkitkan energi listrik dan mesin dapat berfungsi dengan baik dalam jangka waktu yang lama,”kata Ismet.

Ismet juga mengatakan, PT Poso Energy  berusaha untuk memberikan energi masa depan untuk Indonesia dengan segala potensi yang dimilikinya.

Kehadiran PT Poso Energy dengan VISI “Mewujudkan perusahaan yang secara terus menerus memiliki hubungan yang harmonis dan memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya” benar-benar telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar.

Selain dapat menikmati energi listrik sepanjang waktu,tentu saja energi (semangat) untuk bangkit dari keterpurukan masa lalu juga bisa dirasakan masyarakat melalui stimulus-stimulus ekonomi yang dihadirkan PT Poso Energy.

Jika kehadiran “1.000 megalit” adalah warisan dari masa lalu, maka kehadiran “1.000 energi” di Poso adalah warisan untuk masa depan.***