“Selamat datang di pantai terkotor nomor 4 di Indonesia” sebuah diksi pembuka dari Pandawara Group lewat konten ‘sampah-nya’ di Instagram (IG) @pandawaragroup mendeskripsikan kumuhnya Pantai Cibuntun di Desa Sangrawayang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Oktober 2023 lalu.
RAHMAT KURNIAWAN/SULTENG RAYA.COM
Backsound yang mengiringi reels (fitur video pendek di IG) ini juga ngeri-ngeri sedap, diambil dari soundtrack Walking Dead, sebuah series film yang trend pada 2010-an dimana manusia tersisa beberapa orang saja ditengah wabah melanda dunia yang membuat semua menjadi zombie. Mereka yang masih hidup, mencoba survive dan melawan zombie-zombie itu.
Pandawara Group yang beranggotakan enam orang anak muda terbilang belia ini, membuat semua aparat Pemerintah kalangan akar rumput di Indonesia sedikit banyak was-was dengan aksi positifnya itu.
Barangkali, lokasi-lokasi mereka akan didatangi dan diberi label negatif seperti Pantai Cibuntun. Kalau mereka sudah ada di sebuah wilayah, hati-hati saja, barangkali garis pantaimu, selokanmu, atau wilayahmu akan mereka caplok ‘terkotor’ dan aparat siap-siap kena hujatan “netizen yang budiman”.
Hal ini barangkali yang melatarbelakangi Kades Sangrawayang dan Karang Taruna menolak caplokan dan melakukan somasi pada diksi ‘terkotor nomor 4’ lewat aksi clean up Pandawara Group itu.
Namun belakangan, Pemdes dan Pandawara telah melakukan mediasi. Pandawara angkat bicara menjelaskan bahwa pantai terkotor nomor empat bukanlah urutan secara nasional, melainkan urutan wilayah yang dikunjungi mereka untuk aksi clean up. Bahkan kabarnya, Pandawaran dan Pemdes Sangrawayang kini ingin melakukan kolaborasi untuk aksi dan promosi potensi desa.
“Maka dari itu untuk kalian semua, stop untuk saling menyalahkan pihak manapun perangkat desa dan karang taruna karena berita yang beredar tidak benar sama sekali. Jadi stop saling menyalahkan, stop saling memvonis satu sama lain, dan stop untuk memberikan asumsi dan komentar negatif,” ungkap salah seorang anggota Pandawara Group, Gilang dalam video klarifikasi yang dibuat usai bertemu dengan pihak Karang Taruna, Oktober 2023 lalu.
Ya, masalah sampah di Indonesia memang seakan tidak pernah habis, pengelolaan salah sasaran dan ketidakpedulian masyarakat menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sosialisasi dan aksi nyata seperti dilakukan Pandawara Group menjadi langkah solutif mengatasi masalah itu.
“Banyak jalan menuju roma” kata pepatah. Banyak kemudian mekanisme yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah persampahan ini, seperti aksi nyata yang dilakukan PT Vale Indonesia Tbk., di wilayah operasionalnya di IGP Morowali.
Juli 2023 lalu, perusahaan nikel yang baru groundbreaking pembangunan infrastruktur tahun ini di Kabupaten Morowali tersebut, menjalankan program pemberdayaan masyarakat (PPM) berbasis komunitas dengan mengoperasikan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) di Desa Onepute Jaya, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Rencanaya, TPS3R akan diresmikan secara seremoni Desember 2023 mendatang.
Hingga saat ini TPS3R sudah dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) serta monitoring oleh penanggungjawab project dari PT Vale. Tujuan didirikan TPS3R ini sederhana, mengelola sampah keluarga di desa itu, “menyulapnya” menjadi uang.
Senior Community Development PT Vale IGP Morowali, Saputra Alamsyah, mengatakan, mekanisme pengelolaan sampah di TPS3R tersebut berawal dari warga desa diberikan penampung sampah.
Lewat pengelolaan Bumdes, warga diberikan bak penampung kecil, disetiap rumah diberikan satu sebagai penampung sampah keluarga. Kemudian petugas pengelola TPS3R mengambil sampah-sampah tersebut secara berkala. Usai sampai pada titik TPS3R, lanjutnya, petugas akan memilah sampah, memisahkan menjadi tiga komponen sampah; organik anorganik, dan residu.
Sampah organik, kata dia, akan diolah menjadi kompos yang nantinya bakal diserap oleh petani desa dengan harga terjangkau. Sedangkan anorganik, Bumdes dan Vale Morowali menyuplai ke bank sampah induk, sementara sampah residu akan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
“Kami, Vale, sangat berkomitmen untuk mengelola lingkungan di masyarakat tentunya dengan penerapan TPS3R ini, merupakan salah satu upaya dan keseriusan kami dalam mengelola sampah keluarga menjadi bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi,” katanya, Selasa (21/11/2023).
Senada dengan itu, Manager External Relations PT Vale, Asriani Amiruddin, mengatakan, sejak awal keberadaan PT Vale di Kabupaten Morowali, pihaknya terus berkomitmen menjalankan program-program strategis pemberdayaan yang dikemas dalam tajuk besar program Perseroan yakni program pemberdayaan masyarakat (PPM).
PPM itu, kata dia, dijalankan pada lintas sektor seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, sosial kemasyarakatan, olahraga, dan masih banyak lagi.
Khusus TPS3R, lanjutnya, dikemas dalam bentuk pola pemberdayaan yang melibatkan Bumdes untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya memanfaatkan sampah rumah tangga. Dengan begitu, mobilisasi produksi sampah di Desa Onepute lebih tertata, bahkan lebih dari itu, bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi Bumdes.
“Kami concern soal pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Dengan adanya project baru tentunya mendatangkan banyak orang dan ekonomi berputar. Tidak bisa dipungkiri, jumlah sampah yang diproduksi oleh rumah tangga semakin tinggi. Untuknya edukasi pengelolaan kami perkuat di level rumah tangga. Saya berharap pengelolaan sampah di area project kami bisa lebih sustain,” ucap Ani sapaan akrabnya.
Vale IGP Morowali, kata dia, tak ingin berhenti sampai disitu dalam meningkatkan kesadaran masyarakat soal sampah keluarga. Kesempatan terbuka lebar untuk project tersebut dapat diterapkan di desa-desa lain di Kabupaten Morowali yang merupakan desa lingkar satu wilayah konsesi Perseroan.
“TPS3R Onepute menjadi pilot project kami di area Morowali, Insyaallah, kedepan kami akan terapkan metode yang sama di area desa pemberdayaan yang lain,” ungkapnya.
Hadir di Morowali Untuk Memberi Manfaat
Komitmen program PPM sendiri menjadi hal yang tidak terpisahkan dari PT Vale dimanapun melakukan operasional, hal yang sudah dibuktikan di wilayah Blok Sorowako selama lima dekade lebih.
Presiden Direktur PT Vale, Febriany Eddy, sejak groundbreaking pembangunan infrastruktur di IGP Morowali Februari 2023 lalutelah menegaskan hal itu. Bahwa segala kebaikan yang diterapkan di Sorowako, diupayakan diadopsi sebaik mungkin di Kabupaten Morowali. Mulai dari praktik pertambangan, rehabilitasi, bahkan program sosial.
Dengan segala kebaikan itu, kata dia, PT Vale ingin menjadi role model praktik pertambangan oleh perusahaan smelter lainnya yang telah melakukan operasi di Kabupaten Morowali. Sebab, Vale sudah memiliki rekam jejak mentereng di skala nasional dan di mata dunia prihal menjalankan praktik pertambangan yang baik secara komperhensif.
“Proyek ini akan menyerap banyak tenaga kerja 12.000 sampai 15.000 pada puncaknya saat konstruksi, dan 3.000 pada masa operasi. Kami berkomitmen akan memaksimalkan penyerapan tenaga kerja lokal dan akan melakukan program peningkatan kompetensi melalui pelatihan angkatan kerja,” ungkapnya.
Alokasi CSR Besar Membuktikan Komitmen Pemberdayaan
Dalam laman resmi PT Vale, https://www.vale.com/in/indonesia/komunitas, Perseroan tercatat mengalokasikan biaya sebesar 29.241.288 US dollar untuk Program PPM sesuai Rencana Induk PPM kami periode 2018-2025, sebagai bentuk tanggung jawab sosial perseroan (CSR).
Pelaksanaan program dan evaluasi keberlanjutan program diaudit secara rutin untuk meningkatkan performa program sosial yang dijalankan.
Sepanjang 2021, sekitar 43.205 orang di wilayah pemberdayaan, termasuk Kabupaten Morowali, menjadi penerima manfaat dari pelaksanaan PPM menerima kucuran dana 2,6 Juta US dollar.
Perseroan melakukan sejumlah aksi peningkatan layanan dasar seperti aksesibilitas infrastruktur, pendidikan, kesehatan, organisasi kelembagaan lokal, serta pelestarian lingkungan untuk menopang pengembangan derajat perekonomian masyarakat, sehingga mendukung terwujudnya penghidupan yang berkelanjutan (sustainable livelihood).
Berbagai fasilitas sarana dan dukungan peningkatan kapasitas, direncanakan dan dikelola melalui kemitraan sehingga para pihak dapat menjadi bagian dalam mengambil peran dan menilai dampak perubahan dari indikator keberhasilan program yang dicanangkan bersama. ***