SULTENG RAYA-Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan kemah penulisan cerita pendek atau Kemah Cerpen. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 15–17 November di Hotel Palu Golden, Kota Palu. Peserta kegiatan ini, merupakan peserta Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Sulawesi Tengah kategori cerpen yang terdiri atas 10 peserta dari jenjang SD dan SMP.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah, Dr. Asrif, M.Hum. Pada kesempatan tersebut menekankan bahwa dengan bahasa daerah peserta didik juga dapat bepergian kemana-mana. “Cintailah bahasa daerah, anak-anak tidak harus mahir berbahasa Inggris untuk bisa kemana-mana,”pesannya, Rabu (15/11/2023).

Selain peserta, Kemah Cerpen juga dihadiri oleh narasumber dari pusat yakni, Benny Rhamdani, seorang pakar penulis cerita anak dan lima orang kurator yang mendampingi anak-anak dalam menuliskan cerpen berbahasa daerah.

Selama kegiatan peserta dilatih menulis cerpen berbahasa Kaili, Pamona, Saluan, dan Banggai. Melalui pelatihan ini para tunas bahasa ibu Provinsi Sulawesi Tengah diharapkan akan menjadi penulis andal dalam menelurkan karya berbahasa daerah.

Proses pembelajaran ini bertujuan untuk memperkaya pemahaman mereka terhadap keanekaragaman bahasa daerah di Sulawesi Tengah.

Pada hari pertama, Benny Rhamdani memberikan wawasan mendalam tentang teknik penulisan cerita anak. Ia membagikan pengalaman dan tips praktis kepada peserta, membantu mereka memahami elemen-elemen kunci yang dibutuhkan dalam menciptakan cerpen yang menarik dan bermakna.

Selama sesi diskusi kelompok, para peserta saling berbagi ide dan pengalaman, menciptakan lingkungan yang kreatif dan mendukung. Ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk belajar satu sama lain dan mengembangkan keahlian menulis bersama-sama.

Narasumber dan kurator juga memberikan umpan balik konstruktif terhadap karya-karya yang dihasilkan para peserta. Hal ini tidak hanya memperkuat keterampilan menulis mereka, tetapi juga membantu membangun rasa percaya diri dalam mengeksplorasi dan mengembangkan potensi bercerita.

“Kegiatan penulisan cerpen ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam mengangkat martabat bahasa daerah dan mendukung visi Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah dalam melestarikan warisan budaya melalui sastra. Dengan demikian, generasi muda di Sulawesi Tengah diharapkan semakin mencintai dan memahami nilai-nilai kearifan lokal,”sebut Asrif. ENG