SULTENG RAYA – Pemerintah yang intens menyalurkan bantuan pangan (bapang) kepada ribuan KPM di Sulteng, serta komitmen akselerasi Bulog menyalurkan beras SPHP dengan harga terjangkau, mempengaruhi permintaan beras di tingkat konsumen.
Menurut Pemimpin Wilayah Bulog Kantor Wilayah Sulawesi Tengah, Heriswan dua kebijakan itu dapat menekan harga sekaligus menjaga stok beras yang ada di pasar tradisional, baik di Kota Palu maupun di seluruh daerah di Sulteng.
“Harga beras sedikit menurun, setidaknya ini mengurai tingginya permintaan di pasar. Masyarakat yang menerima bantuan pangan itu kan gak mungkin lagi cari beras di pasar, stok tersebut akan dimanfaatkan konsumen yang lain,” kata Heriswan kepada sejumlah media, beberapa waktu lalu.
Penekanan juga ia berikan kepada produk SPHP milik Bulog yang terus menerus digelontorkan oleh Bulog Sulteng. Ia merinci, untuk Kota Palu saja, pihaknya rutin mendistribusikan per pekan lebih kurang 30 ton, daerah lain yang memiliki corong gudang Bulog juga terus diimbau untuk akselerasi.
“Itu tiga kali dalam seminggu kita rutin drop ke pedagang mitra dan kita turun langsung melalui mobil untuk mendistribusikan ke tempat-tempat yang konsumennya dirasa perlu mengakses beras yang terjangkau,” kata Pimwil Heriswan.
Saat ini, kata dia, stok Bulog Sulteng masih menguasai setidaknya 7.100 ton baik medium maupun premium. Ia juga mengatakan pada awal bulan November mendatang, akan ada lagi stok yang masuk yakni beras impor langsung dari Thailand sebanyak 5.000 ton.
“Bulog terus berkomitmen untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat soal ketersediaan stok beras ini. Kami menjaga stok ditengah kondisi cuaca yang kemungkinan besar akan memberikan dampak tersendiri bagi pertanian di Sulteng, sehingga cadangan kami terus kami perkuat,” tuturnya. RHT