SULTENG RAYA – Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Provinsi Sulawesi Tengah bersinergi pemerintah daerah setempat telah mencatatkan Tarian Raigo dari Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala dalam daftar kekayaan intelektual komunal (KIK).
“Kanwil Kemenkumham Sulteng melalui Bidang Pelayanan Hukum terus aktif dalam memfasilitasi guna mendorong lebih banyak pencatatan KIK di wilayah Sulawesi Tengah,” kata Kepala Bidang Pelayanan Hukum Kanwil Kemenkumham Sulteng Herlina, yang dihubungi saat menghadiri penutupan Sarasehan Nasional KIK di Bali, Sabtu (16/9/2023).
Ia mengatakan, KIK sangat berharga sebagai bentuk perlindungan hukum yang sah, karena sebuah aset masyarakat bersifat komunal yang dapat memajukan perekonomian.
“Ini merupakan bentuk perlindungan hukum sekaligus pengakuan negara terhadap kekayaan intelektual komunal di daerah,” kata Herlina.
Dalam kesempatan itu, penyerahan sertifikat kekayaan komunal intelektual Tarian Raigo diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Min Usihen kepada Sekretaris Daerah Kota Palu Irmayanti.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Min Usihen menekankan kepada seluruh perwakilan pemerintah daerah akan pentingnya pelindungan terhadap kekayaan intelektual komunal bagi Indonesia.
‘Kita tidak ingin kekayaan budaya Indonesia diakui oleh negara lain, sehingga pencatatan ini merupakan langkah defensif,” kata dia.
Dia mengatakan selain itu juga merupakan bagian dari pelindungan keanekaragaman budaya dan hayati dari ancaman eksploitasi serta pengakuan oleh negara lain, sebab KIK sebagai aset utama untuk pembangunan ekonomi wilayah Indonesia.
Oleh karena itu, dengan mengusung tema ‘Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Pelestarian Budaya melalui Kekayaan Intelektual Komunal’. kata Min Usihen, diharapkan pengelolaan KIK dapat mewujudkan kemandirian perekonomian bangsa.
Dia juga berharap melalui kegiatan tersebut dapat meningkatkan jumlah data inventarisasi KIK di setiap daerah, dan mendorong masyarakat menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam berkarya serta memanfaatkan potensi sumber daya daerah.
MENGENAL TARIAN RAIGO
Sebagai informasi tambahan, disadur dari id.wikipedia.org Raigo atau Raego adalah tarian dan syair tradisional berasal dari Sulawesi Tengah. Kesenian itu hidup di masyarakat Suku Kulawi, Suku Kaili, dan Suku Bada. Suku bangsa itu menamakan Raigo dengan penyebutan berbeda. Suku Kulawi menyebut Raego, Kaili menyebut Rego, dan Bada menyebut Raigo.
Raigo adalah menari dalam formasi lingkaran sambil menyanyikan syair-syair panjang dalam bahasa Uma tua. Bahasa itu merupakan bahasa daerah yang sudah tidak dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Syair rego berbeda-beda karena menyesuaikan dengan acara yang dibuat. Jika Raigo dimainkan setelah panen, syairnya tentang proses membuka ladang, menanam, menyiangi, hingga memanen. Jika Raigo dimainkan sebagai penghiburan keluarga yang berkabung, syairnya berisi siklus hidup manusia dari lahir sampai mati serta menceritakan kebaikan orang yang mati saat masih hidup.https://id.wikipedia.org/wiki/Raigo – cite_note-auto1-2
ASAL USUL
Kata Raigo bermakna menari atau tari. Raigo dipercaya oleh masyarakat pendukungnya lahir dan berkembang melalui proses mitos. Mitos ini kemudian diwujudkan dalam bentuk ritual dengan gerakan dan ungkapan yang bernilai sakral dan penuh magis.
Tarian ini menjadi bagian dari pelaksanaan upacara adat, khususnya dalam upacara syukur panen padi dan beberapa upacara tradisional lainnya.
Raigo menggambarkan suatu kemenangan dalam usaha, kegembiraan, serta rasa syukur atas hasil panen. Luapan kegembiraan ini diekspresikan melalui gerakan dan ungkapan dalam bahasa daerah yang berisikan pemujaan terhadap Sang Pencipta.
KEUNIKAN TARI
Keunikan tarian ini adalah tidak adanya iringan dari instrumen atau alat musik. Tarian ini hanya diiringi oleh vokal tradisi yang berisi syair-syair ritual pelaksanaan upacara itu sendiri. Walaupun demikian, ada Raigo yang dibawakan dengan diiringi musik, seperti tabuhan gendang dan gitar, terutama saat upacara sesudah panen atau pementasan kesenian.
Lagu-lagu pengiring tarian raigo biasanya dinyanyikan dalam tempo con brio, delce, sesuai dengan tema gembira. Lagu pada pengiring perang disebut ‘inolu’. Lagu ini dinyanyikan dalam tempo de Marcia, forte, atau presto. Tempo lagu disesuaikan dengan tema heroik dan patriotik.https://id.wikipedia.org/wiki/Raigo – cite_note-sportourism.id-5
Setiap lagu memiliki ciri yang sama, yaitu pengulangan kata dan syair hingga beberapa kali. Perbedaan antara lagu dan lainnya terletak pada melodi dan tempo berwarna tinggi yang tetap sama bentuknya.
Ungkapan seruan hanya terdapat pada lagu-lagu perang sebagai selingan yang tidak boleh ditinggalkan di antara syair lagu. Lagu-lagu pengiring Tari Raigo mula-mula dinyanyikan secara solo dan dipimpin oleh tapanguli raigo, kemudian disusul dengan suara bersama pria.
Setelah bait yang dinyanyikan dengan suara bersama pria berakhir, kemudian seorang bernyanyi solo, yang disebut sebagai ‘toonama’. Lalu, disusul lagi dengan suara bersama. Syair dan lirik untuk semua jenis lagu disebut ‘oila’ dan oleh vokal disebut ‘manoulia’.
Tarian ini bersifat kolosal, artinya dapat dimainkan oleh banyak orang. Tarian ini turut menyemarakkan festival gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 di Sulawesi Tengah. Tarian ini dipentaskan untuk menyambut sekaligus menghibur para pengunjung yang hadir. Raigo dalam acara itu melibatkan 40 orang penari dan 10 orang pemain musik.
JENIS RAIGO
Secara garis besar, tidak ada perbedaan dalam Raigo yang polanya seperti tarian keliling. Perbedaannya hanya di syair yang dinyanyikan. Perbedaan syair ini digolongkan berdasarkan pelaksanaan upacara adat. Berikut ini jenis Raigo dalam berbagai upacara.
- Raigo vunca adalah tarian raigo yang dilakukan pada upacara sesudah panen. Raigo Vunca juga memiliki nama lain, yakni Raigo mpae. Raigo berarti tari, sedangkan mpae adalah padi. Tarian ini juga disebut raego vunja karena keterkaitannya dengan upacara vunja. Tari Raigo mpae atau raigo vunja adalah suatu tarian tradisional yang terdapat dalam rangkaian upacara vunja menurut irama.
- Raigo tarade merupakan tarian yang dilaksanakan pada upacara panen ketika hasilnya memuaskan.
- Raigo potinowu adalah raigo yang dilaksanakan pada saat upacara membayar mahar oleh calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita.
- Raigo pobalai merupakan tarian raigo yang diadakan pada upacara perkawinan, terutama apabila kedua mempelai masih memiliki hubungan kekerabatan.
- Raigo puncumania adalah raigo yang dilaksanakan pada upacara khitanan.
- Raigo bobongka ombo dilaksanakan pada upacara tujuh hari kematian bangsawan.
- Raigo popowata diadakan pada upacara kematian saat menunggu jenazah.
- Raigo poparoma diadakan pada upacara kematian menjelang hari terakhir.
- Raigo mpainu adalah raigo yang diselenggarakan pada upacara mandi bagi pahlawan yang akan berangkat ke medan perang.
- Raigo pantaka diadakan pada upacara penyambutan para pahlawan dari medan perang.
- Raigo popatunahou diadakan pada upacara mendirikan rumah baru.
- Raigo pangkasuwia, diadakan untuk penyambutan tamu.ANT/HGA