SULTENG RAYA-Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) sebagai organisasi paguyuban tertua dan terbesar, memerlukan perhatian penanganan serta komitmen yang baik. Hal itu agar bisa bertahan mandiri dan profesional serta menjadi panutan bagi masyarakat.
“Didirikan pada 12 November 1976, usia yang cukup matang dan dewasa,” kata Sekretaris Kota Palu Irmayanti Pettalolo mewakili Wali Kota Palu saat menyampaikan sambutannya sekaligus membuka Musyawarah Daerah (Musda) ke-IV KKSS Kota Palu, Ahad malam (24/7/2023) di Sriti Convention Hall Jalan Durian, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.
Sekkot berharap, KKSS mampu menciptakan hubungan kekeluargaan, persaudaraan, kebersamaan, dan harmonisasi dengan para perantau Sulawesi Selatan.
Selain itu, KKSS harus mampu mendorong memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya, suku yang ada di Sulawesi Selatan meskipun berada di perantauan.
Pada kegiatan yang dihadiri tokoh KKSS H. Muhidin Said, Ketua BPW KKSS Sulteng H. Tjabani, Ketua BPD KKSS Kota Palu periode 2019-2023 H. Amin Badawi tersebut, Irmayanti mengutip prinsip hidup orang Bugis Makassar yang senantiasa perlu dijunjung tinggi.
Teai Mangkasara’ Punna Bokona Loko’. Artinya, bukan orang Makassar bila punggung belakangnya yang terluka. Prinsip ini katanya, mengajarkan agar dalam menjalani hidup tidak pasrah dengan keadaan. Diajarkan untuk pantang lari dari masalah dan apapun yang terjadi harus siap dihadapi. Terus berjuang menghadapi masalah secara langsung dan menyelesaikannya.
Menurutnya, sengaja ia menyampaikan prinsip hidup suku Bugis Makassar agar menjadi penyemangat bagi warga KKSS untuk memacu dan memicu perantau Sulawesi Selatan guna berkontribusi dalam pembangunan di Kota Palu, Tanah Kaili.
“Saya menyadari bahwa saudara-saudaraku, meskipun berasal dari Sulawesi selatan, tapi hati dan pikiran sudah terpatri di tanah Kaili. Kontribusi KKSS dalam membangun Kota Palu cukup nyata dan besar,”sebut Sekot. ENG