SULTENG RAYA Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Sulteng melakukan sejumlah langkah awal untuk mengantisipasi sektor pertanian dari ancaman el nino yang diprediksi terjadi pada pertengan tahun ini.

Kepala DTPH Sulteng, Nelson Metubun, mengatakan, dalam upaya itu, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran untuk dinas pertanian kabupaten dan kota nomor 520/8909/V/Dis-TPH prihal antisipasi musim kemarau 2023.

Kadis Nelson meminta, instruksi dalam surat itu dapat ditindaklanjuti dengan serius oleh 13 Pemkab/Pemkot di Sulteng.

Adapun penekanan poin-poin dalam surat itu seperti, memastikan sarana produksi, alat dan mesin pertanian, sarana pengendali organisme pengganggu tumbuhan, dan penanganan dampak perubahan iklim.

“Karena otomatis jika terjadi fenomena el nino, dampak utama itu ada soal akan terjadi serangan hama, persiapan mengejar jadwal tanam,” katanya kepada Sulteng Raya, Kamis (20/7/2023)

Ia menambahkan untuk perbenihan, ada beberapa varietas yang kita imbau untuk ditanam petani dalam menghadapi el nino seperti varietas pertanian karakter inpago 5, inpago 8, inpago 9, inpago 10, inpari 10, rindang 1 agritani, rindang 2 agritani, dan varietas lokal sejenis yang tahan terhadap OPT endemis.

Petani juga perlu mengoptimalkan pemanfaatan sumur pompa, sumur suntik, biopori, embung dan long storage dalam menunjang ketersediaan air. Maka, kata dia, Pemkab/Pemkot sangat perlu membangun koordinasi dengan instansi lain seperti dinas cipta karya sumber daya air dalam hal sistem pengairan dan perbaikan drainase, optimalisas infrastruktur, penyiapan pompa, panen air, dan penerapan teknologi hemat air guna membantu petani menjaga eksistensi pertanian bila terjadi situasi genting.

“Jadi, dalam surat ini sangat jelas, kawan-kawan di sektor pertanian segera melakukan empat poin sebagaimana pada surat yang kami kirimkan. Ini langkah awal kami dari Pemprov Sulteng, khususnya dinas TPH,” ungkapnya.

DTPH Sulteng juga telah melakukan koordinasi intens ihwal prediksi cuaca melalui BMKG di Palu. Menurut keterangan, dampak el nino di Sulteng pada range keterjadian di angka 20-30 persen. Hal itu disebabkan wilayah Sulteng merupakan wilayah unik yang dinaungi oleh pegunungan dan perairan dengan luas sekira 77.000 km persegi, dengan garis pantai 7.000 km.

Katanya, karena keunikan wilayah ini, Sulteng bahkan juga perlu mewaspadai fenomena la lina atau banjir yang sudah nyata terbuki di beberapa daerah seperti Balinggi Parigi Moutong, dan Pantai Barat Donggala.

“Ini beberapa contoh bahwa sangat susah memprediksi alam sekarang ini. Begitu anomali. Sulteng unik di Indonesia karena berstatus non zoom artinya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan karena dipengaruhi oleh topografi kita,” tuturnya.

“Sulteng banyak pegunungan dan perairan dengan luas sekira 77.000 km persegi, dengan garis pantai 7.000 km. Dua faktor ini sangat mempengaruhi sehingga Sulteng masuk kategori kemarau basah, meski dalam sepekan cuaca terik, hujan tetap bisa terjadi,” ujarnya menambahkan

Bahkan, dari pengamatan BMKG melalui citra satelit, Sulteng masih memiliki puncak musim penghujan kedua, yang biasanya terjadi di Juli dan Agustus 2023.

“Dari fenomena yang disampaikan, ya insyaalah el nino di daerah ini tidak akan terlalu berpengaruh signifikan, karena karakter hujan lokal tidak merata dalam suatu wilayah,” tutur Kadis Nelson. RHT