SULTENG RAYA – PT Vale Indonesia Tbk., Indonesia Growth Project (IGP) Morowali menggelar Sosialisasi Pelatihan Tanaman Obat dan Sayur Organik dilaksanakan di tiga desa wilayah konsesi, yakni Desa Kolono, Desa Onepute Jaya dan Desa Lele, pekan lalu.
Kegiatan itu menjadi rangkaian Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PRSLB) PT Vale.
Perseroan menghadirkan pemateri dari ahli herbal medik, dr. Rianti Maharani, ahli tanaman organik, Alik Sutaryat dengan jumlah peserta sebanyak 126 petani yang berasal dari 13 desa pemberdayaan IGP Morowali.
Project Director IGP Morowali, Topan Prasetyo, mengatakan, PT Vale ingin memfasilitasi dan membekali pengetahuan yang berkelanjutan bagi masyarakat, khususnya para petani yang ada di daerah binaan IGP Morowali. Oleh karena itu, program tersebut bukan hanya berisi sosialisasi dan pelatihan saja, tetapi juga akan ada pendampingan rutin bagi para petani.
“Terima kasih atas antusiasme Bapak dan Ibu sekalian dalam mengikuti sosialisasi ini. Kami berharap bapak dan ibu sekalian menjaga semangat. Karena, setelah ini kita akan belajar langsung dengan para ahli tanaman herbal dan sayur organik melalui pelatihan dan juga pendampingan,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Sulteng Raya, Selasa (20/6/2023).
Topan Prasetyo berharap, setelah mengikuti program tersebut, para petani dapat mengola tanaman herbal dan sayur organik secara mandiri dan mampu meningkatkan pendapatan mereka.
“Semoga ilmu dan pendampingan yang kami berikan dapat membantu para petani menciptakan peluang usaha dan sumber pendapatan yang lebih baik,” tuturnya.
Sementara, dr. Rianti menyampaikan, sosialisasi itu merupakan pertemuan persiapan guna melihat antusias dan minat masyarakat untuk belajar budidaya tanaman herbal. “Ternyata banyak sekali yang antusias,” ucapnya.
Dia menjelaskan, setelah sosialisasi akan ada Pelatihan Herbal Dasar yang akan dilaksanakan di bulan Juli mendatang. Pada pelatihan tersebut, peserta akan diajak untuk mengenali jenis, bentuk, khasiat tanaman obat, dan bagaimana cara mengolah tanaman obat menjadi produk yang dapat dipasarkan. Setelah itu, pada tahun depan, para peserta akan diberikan pelatihan herbal lanjutan yang lebih intens, yang mana mereka tidak hanya mempelajari tanaman herbal untuk kesehatan tetapi juga untuk kecantikan.
“Di tahun depan juga akan ada sertifikasi. Tujuannya agar masyarakat yang sudah tersertifikasi itu layak untuk memberikan ramuan ataupun memproduksi olahan herbal. Kalau di pendidikan formal, sertifikat yang kita berikan itu setara dengan Diploma 2,” jelasnya.
Ia juga bercerita, Kabupaten Morowali memiliki potensi yang cukup baik untuk pembudidayaan tanaman herbal maupun sayur organik. Tanah di kabupaten ini sangat subur, sehingga apa saja yang ditanam dapat tumbuh dengan baik termasuk tanaman obat herbal dan sayur organik. Selain jenis tanah yang mendukung, potensi lahan untuk melakukan budidaya tanaman obat herbal dan sayur organik juga masih sangat luas. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan seluruh potensi tersebut secara maksimal.
“Potensi di sini luar biasa. Lahannya luas, apapun yang kita tanam akan tumbuh karena tanah di sini sangat subur. Jadi sayang kalau potensi ini tidak dikembangkan,” katanya.
Sementara, Alik berbagi pengetahuan terkait bahaya yang dapat timbul apabila petani masih menggunakan bahan kimia, serta memaparkan peluang bagi para petani lokal yang ingin berkomitmen mengola sayur organik. Setelah mendengarkan penjelasan Alik, para peserta semakin antusias mengikuti serangkaian pelatihan dan juga pendampingan budidaya sayur organik itu.
Salah seroang petani, Astina mengaku senang berkesempatan mengikuti pelatihan tersebut. Menurutnya, pelatihan itu memberikan banyak manfaat, jika sebelumnya dia hanya tahu mengkonsumsi tanaman-tanaman herbal sebagai pelengkap bumbu dapur seperti, kunyit dan jahe, tanpa tahu khasiatnya. Kini, setelah mendapatkan edukasi dari narasumber, dia jadi tahu manfaat yang luar biasa dari tanaman herbal tersebut. Sehingga dia semakin semangat untuk ikut dalam program tersebut.
“Semoga saya bisa mengikuti program ini sampai selesai dan bisa bermanfaat bagi diri pribadi dan juga teman-teman yang membutuhkan tanaman herbal,” ungkapnya.
Pelatihan dan pendampingan pengolahan tanaman herbal dan pertanian sayur organik telah digalakkan oleh PT Vale beberapa tahun terakhir, di tiga provinsi yang merupakan area konsesi perseroan. Bahkan, pendekatan yang dilakukan PT Vale untuk mendorong pemanfaatan tanaman herbal untuk kesehatan masyarakat mendapat rekognisi pada 2022 lalu berupa penghargaan kategori emas (Gold) dari Indonesia Sustainable Development Award (ISDA). RHT