SULTENG RAYA — Efek Beragun Syariah berbentuk Surat Partisipasi (EBAS-SP) pertama di Indonesia yang diterbitkan PT Bank Syariah Indonesia Tbk., ( bekerja sama dengan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF laris manis diminati pasar.

Hal itu tak terlepas dari prospek cerah instrumen syariah anyar tersebut bagi serta kredibilitas BSI sebagai penerbit.

Bahkan, hasil penawaran umum surat berharga tersebut menerima pemesanan yang melebihi dari yang ditawarkan atau oversubscribed hingga 126 persen.

Terkait itu, pengamat , Edhi Pranasidhi mengatakan EBAS-SP dengan nama EBAS-SP-SMF-BRIS01 tersebut menarik karena menawarkan imbal hasil 7 persen atau 1,5 kali di atas inflasi. Sebagai inflasi tahunan Indonesia per Mei 2023 sebesar 4 persen. “Secara buku masuk di 7 persen sudah untung,” katanya, belum lama ini.

Selain itu, BSI saat ini memiliki rekam jejak yang terbilang baik di pasar. Sejak berdiri, bank syariah di Tanah Air itu membukukan pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan demikian kondisi tersebut akan mengerek animo investor terhadap instrumen investasi yang diterbitkan perusahaan.

“Terobosan ini [EBAS-SP-SMF-BRIS01] memang diperlukan BSI dalam rangka memperkuat serta mengoptimalkan likuiditas, sehingga bisa berkontribusi lebih banyak untuk bottom line-nya,” kata Edhi.

Dengan rekam jejak BSI, Edhi pun optimistis perseroan akan cermat dalam menyalurkan pembiayaan dari pendanaan EBAS-SP tersebut. Dengan asumsi imbal hasil 7%, maka bank akan mencari margin bagi hasil yang cukup tinggi, dalam memilih segmen yang masih mencatat pertumbuhan kuat.

Terpisah, analis pasar modal dari CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan wajar jika EBAS-SP-SMF-BRIS01 itu mendapatkan animo pasar yang sangat baik. Sebab, BSI dianggap sehat.

“Bisa jadi para pelaku pasar atau investor melihat sebagai bank syariah nasional yang kinerjanya dapat dianggap sehat, sehingga dapat memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik,” katanya.

Dia pun menilai capaian emiten bersandi BRIS itu sejak awal berdiri pada awal 2021, membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap produk keuangan syariah cukup tinggi. BSI, kata dia, mampu memberikan alternatif bagi pasar yang memang membutuhkan diversifikasi instrumen investasi yang lebih kaya.

Reza menambahkan bahwa langkah strategis dari BRIS ini perlu menjadi perhatian bersama. Hal ini, kata Reza, menjadi pembuka jalan bagi lembaga keuangan syariah lain untuk memperkaya sumber pendanaan mereka. Sebab, lembaga keuangan syariah juga memiliki tanggung jawab untuk lebih giat menyosialisasikan produk keuangan berlabel halal.

“Jangan paham sebatas imbal hasil atau return saja, tapi juga harus paham mekanisme hingga profil risikonya,” imbuhnya.

Seperti diketahui, BSI menerbitkan EBAS-SP SMF-BRIS01 dalam 2 tranches yaitu Kelas A yang ditawarkan melalui mekanisme penawaran umum dan Kelas B sebagai subordinasi yang berfungsi melindungi Kelas A.

Kelas A ditawarkan melalui penawaran umum dengan tenor weighted average life atau rata-rata tertimbang jatuh tempo 4 tahun dengan nominal sebesar Rp297,7 miliar. Kelas B dengan total nominal Rp27,3 miliar atau 8,4 persen dari jumlah kumpulan tagihan, yang ditawarkan melalui penawaran terbatas.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi sebelumnya mengatakan pihaknya berharap penerbitan EBAS-SP SMF-BRIS01 ini dapat mendorong pasar keuangan dan pasar modal syariah di Indonesia, sehingga menciptakan multiplier effect ke seluruh sektor. Selain itu diharapkan juga memperkuat pembiayaan perumahan dengan skema syariah di Indonesia, guna membantu masyarakat memenuhi kebutuhan kepemilikan rumah. RHT