SULTENG RAYA- KIP Kuliah hasil aspirasi Anggota Legislatif DPR-RI dapil Sulawesi Tengah sangat membantu mahasiswa di tengah kondisi biaya kuliah yang semakin tinggi, sementara tingkat kesejahteraan masyarakat tidak banyak mengalami peningkatan.
Berkat KIP Kuliah Aspirasi tersebut, tidak sedikit mahasiswa terselamatkan pendidikannya di kampus, karena semua biaya pendidikannya telah ditanggung oleh KIP Kuliah, tidak lagi membebani orang tua.
Namun disisi lain, KIP Kuliah Aspirasi tersebut juga tidak sedikit yang menyoroti, termasuk di dalamnya Mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Sulteng, Ir. Burhanuddin Andi Masse, S.Kom., M. Kom.
Burhanuddin menilai, distribusi KIP Kuliah Aspirasi itu tidak merata di semua perguruan tinggi swasta, hanya beberapa perguruan tinggi swasta yang selama ini menikmati keberadaan KIP Kuliah Aspirasi itu. Sementara dalam UU semua perguruan tinggi swasta sama didepan hukum, baik itu perguruan tinggi swasta besar maupun kecil, perlakukan harus sama.
Apa lagi katanya, jika berbicara itu adalah hasil dari perjuangan aspirasi anggota DPR-RI dapil Sulawesi Tengah, artinya mereka itu adalah wakil rakyat Sulawesi Tengah yang diberi amanah duduk di DPR-RI pusat, seharusnya berlaku adil terhadap semua masyarakat Sulawesi Tengah.
Mahasiswa di perguruan tinggi itu adalah bagian dari masyarakat Sulawesi Tengah, tidak hanya mahasiswa tertentu di perguruan tinggi tertentu yang menjadi bagian dari masyarakat Sulawesi Tengah. “Seharusnya, jangan hanya memperhatikan perguruan tinggi tertentu, distribusinya harus merata di semua perguruan tinggi, jika mau dikatakan adil,”sebut Ketua STMIK Bina Mulia Palu ini, Selasa (13/6/2023).
Sebagai mantan Ketua APTISI Sulteng, Burhanuddin mengaku telah menerima curhatan dan rasa kecewa sejumlah pimpinan perguruan tinggi swasta, mereka merasa tidak dianggap dan diabaikan oleh Anleg tersebut. “Sebagai wakil rakyat, tidak seharusnya seperti itu. Kan tentu mereka juga memahami kondisi mahasiswa kita yang berasal dari kampung-kampung sana, bagaimana kondisi ekonominya,”ujar Burhanuddin.
Jika berbicara mahasiswa berasal dari kampung kata Burhanuddin, itu kondisinya merata di semua perguruan tinggi, semuanya memiliki mahasiswa dari kampung yang datang merantau di Kota Palu untuk menuntut ilmu dengan harapan bisa merubah kondisi dirinya dan keluarganya melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Namun katanya, mereka ini mendapatkan diskriminasi dari anggota DPR-RI. Karena anggota DPR-RI itu hanya memperhatikan dan mempedulikan segelintir perguruan tinggi swasta.
Burhanuddin berharap, anggota DPR-RI itu bisa merubah cara distribusi KIP Kuliahnya kedepan, sehingga bisa dirasakan semua oleh perguruan tinggi swasta yang ada di Sulawesi Tengah. ENG