SULTENG RAYA – Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di menyatakan program diinisiasi bersama dengan perguruan tinggi di Sulteng yakni ‘KKN Asyik Fasilitator Edukasi Obat dan Makanan’ atau KAFE OM pada tahun ini diprioritaskan untuk memaksimalkan sosialisasi tentang pencegahan .

Hal itu disampaikan Kepala , Agus Riyanto, saat menyampaikan sambutan pada kegiatan Agen Edukasi bagi KKN Universitas Tadulako 2023 di Aula BPOM di Palu, Jalan Undata, , Selasa (1/8/2023).

“Program KAFE OM ini sudah ada sejak 2022. Tahun ini difokuskan untuk mendukung program percepatan penanggulangan stunting,” kata Agus.

Menurutnya, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting juga dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta , budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.

Lanjutnya, menjaga keamanan pangan menjadi salah satu intervensi yang dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya stunting. Keamanan pangan, kata dia, memiliki peranan sangat penting dalam upaya pencegahan stunting.

“Konsumsi makanan yang sehat, bergizi dan aman, yaitu bebas dari tiga bahaya keamanan pangan yakni cemaran fisik, kimia, dan biologis akan memaksimalkan pertumbuhan menjadi baik dan optimal. Pangan yang tercemar akan menyebabkan malabsorpsi, diare, dan memperlambat atau merusak respon imun yang merupakan salah satu penyebab utama stunting,” katanya.

Sebagai , mahasiswa KKN yang akan menjadi agen atau fasilitator edukasi yakni sebanyak 100 mahasiswa dengan target komunitas yang akan diedukasi masing-masing mahasiswa sebayak 100 komunitas sehingga jumlah total komunitas yang teredukasi 10.000 komunitas di 13 kabupaten dan kota di Sulteng.

Komunitas yang direncanakan BPOM di Palu untuk diedukasi terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, ibu dengan balita/anak stunting, remaja putri usia 16-21 tahun serta pelaku usaha pangan olahan dan pangan siap saji.

“Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan akan kemananan pangan pada komunitas tersebut, dapat menurunkan mempercepat penurunan angka stunting daerah,” katanya.

Selain melakukan edukasi, mahasiswa juga akan melakukan pengujian rapid test kit bahan berbahaya terhadap makanan atau jajanan yang beredar di wilayah pelaksanaan KKN. Dengan adanya pengujian itu diharapkan mampu menjadi filter untuk meminimalisir penggunaan bahan berbahaya di masyarakat.

Untuk diketahui, berdasarkan hasil Survei Status Gizi (SSGI) 2022 oleh Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting pada balita yaitu 21,6 persen masih berada di atas target RPJMN 2020-2024 yakni 18,4. Sedangkan Sulteng berada pada tujuh dengan prevalensi stunting 28,2 persen. RHT