SULTENG RAYA – Ribuan ternak babi yang mati mendadak di Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) khususnya di tiga kecamatan yakni Kecamatan Torue, Balinggi dan Kecamatan Sausu semakin meresahkan masyarakat. Pasalnya ada babi mati dibuang ke sungai dan juga ke laut. Akibatnya sebagian masyarakat enggan makan ikan sehingga berdampak pada anjloknya harga ikan di pasar yang mengakibatkan kerugian bagi para nelayan dan penjual ikan.
Ribuan babi yang mati mendadak tersebut diduga diserang virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Salah satu upaya memutus mata rantai penyebaran virus mematikan tersebut adalah dengan cara stamping out atau pemusnahan. Hal itu diungkapkan oleh drh Adi Hari Wiweka dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Parmout pada saat rapat dengar pendapat lintas komisi di Gedung DPRD Parmout beberapa waktu lalu. Menurutnya belum ada obat atau vaksin untuk mengatasi virus ASF.
“Angka kematiannya sangat tinggi untuk ASF itu mencapai 100 persen. Karena itu kami merekomendasikan dilakukan stamping out atau pemusnahan, karena kami sudah berusaha melakukan pengobatan tapi belum menunjukkan adanya kesembuhan. Tapi bila hal ini dilakukan pasti peternak minta ganti rugi,”jelas Adi.
Menyikapi hal itu Ketua DPRD Parmout, Sayutin Budianto mendukung pemusnahan ternak babi. Menurutnya hal itu merupakan salah satu solusi agar virus mematikan tersebut tidak menyebar kemana-mana.
”Saya mendukung jika dilakukan pemusnahan ternak babi tersebut, karena itu satu-satunya cara untuk memutus penyebaran virus sebagaimana disebutkan oleh dokter hewan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan beberapa waktu lalu. Apalagi hingga saat ini katanya belum ada obat atau vaksin untuk mengobati serangan virus tersebut. Namun jika hal ini dilakukan tentunya harus dibicarakan terlebih dahulu oleh pemerintah daerah dengan para peternak,”ujar Sayutin kepada wartawan di ruang sidang DPRD Parmout, Rabu (7/6/2023).
Sayutin juga mengimbau masyarakat agar tidak lagi menyebarkan video atau foto babi mati yang ditemukan di sungai maupun di laut di media sosial. Pasalnya penyebaran video dan foto tersebut menjadi pemicu sehingga masyarakat tidak mau lagi makan ikan.
“Saya minta masyarakat jangan lagi menyebarkan video atau foto babi mati yang ditemukan di laut atau di sungai. Kasian para nelayan dan pedagang ikan yang mengalami kerugian besar karena ikannya tidak laku. Padahal video atau foto tersebut merupakan video atau foto yang sudah disebarkan beberapa waktu lalu kemudian disebarkan ulang sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Tapi saya tidak peduli dengan video atau foto tersebut. Saya tetap makan ikan setiap hari,”ungkapnya.
Selain itu Sayutin juga mengajak seluruh anggota dewan dan pejabat pemerintah daerah untuk bersama-sama datang ke pasar membeli ikan sehingga menjadi contoh bagi masyarakat agar kembali mengkonsumsi ikan.
Sementara itu, Busra salah seorang pedagang ikan di Pasar Sentral Parigi mengungkapkan, dalam kurun satu bulan terakhir harga ikan di pasar tersebut anjlok. Namun demikian kata Busra, walaupun harga ikan sudah turun,masyarakat masih enggan untuk membeli ikan. Bahkan katanya banyak ikan yang tidak laku tersebut terpaksa dibuang.
“Kondisi ikan saat ini lebih banyak dibuang karena sudah busuk karena tidak ada pembeli. Ini dampak dari pembuangan babi mati di laut. Jadi kami minta wakil-wakil rakyat yang ada di Parigi Moutong ini agar memperhatikan kami masyarakat yang sekarang lagi menderita. Disaat mencari suara datang ke pasar ikan, tapi disaat kami menderita mereka cuma diam,”ungkapnya. AJI