SULTENG RAYA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Sulawesi Tengah mencatat, penerimaan negara di daerah sepanjang Januari-April 2023 tumbuh dengan positif.

“Pendapatan negara melanjutkan kinerja baik hingga akhir April 2023, dengan tumbuh 19,1 persen. Hingga akhir April 2023, pendapatan negara tercapai sebesar Rp3,2 triliun atau 36,0 persen dari target APBN 2023,” kata Kepala Kanwil DJPb Sulteng, Irfa Ampri, belum lama ini.

Irfa menguraikan, jumlah itu didapat dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang masih mampu tumbuh cukup tinggi, meskipun pendapatan kepabeanan dan cukai mengalami penurunan.

Hingga akhir April 2023, lanjutnya, pajak masih kuat, yakni mencapai Rp2,3 triliun atau 36,7 persen dari target yang dibebankan, dengan pertumbuhan sebesar 29,3 persen yoy.

“Pertumbuhan itu didorong oleh solidnya pertumbuhan ekonomi regional, dampak harga komoditas yang relatif tinggi, dan dampak implementasi UU HPP,” katanya.

Secara kumulatif, mayoritas jenis pajak tumbuh positif kecuali PPh 22 Impor yang terkontraksi karena penurunan aktivitas impor akibat rampungnya beberapa proyek pembangunan smelter di Morowali.

Pertumbuhan terutama didorong pada jenis PPh Pasal 21 seiring dengan meningkatnya penambahan wajib pajak (WP) di kawasan berikat Morowali dan Morowali Utara. 

Selain itu, seluruh sektor utama mencatatkan kinerja positif secara kumulatif, meski pada April kinerja sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, konstruksi, dan real estat mengalami kontraksi akibat tingginya angsuran masa PPh Badan pada 2022 dan pembayaran ketetapan pajak yang tidak berulang.

Sementara itu per 30 April 2023, realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai melambat namun tetap on-track terhadap proyeksi. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp585,9 miliar atau 27,1 persen dari target. Angak itusejatinya turun sebesar 16,0 persen yoy. Penerimaan bea dan cukai terdiri dari penerimaan bea masuk yang hingga akhir Maret mencapai Rp534,8 miliar atau 25,7 persen dari target, mengalami penurunan 2,1 persen secara yoy terhadap April tahun lalu.

“Angak itu utamanya didorong oleh melambatnya kinerja Impor akibat beberapa perusahaan industri pengolahan fokus untuk memaksimalkan produksi dari pabrik yang ada dibandingkan pengembangan pembangunan pabrik baru,” ucapnya.

Meski kinerja pada April menurun, namun diproyeksikan sampai dengan akhir 2023 kinerja penerimaan bea masuk diperkirakan akan dapat tumbuh dan mencapai targetnya, mengingat perusahaan-perusahaan di kawasan industri pengolahan telah menargetkan untuk diselesaikannya smelter-smelter di kawasan berikat di 2023 yang tentunya akan mendorong peningkatan Impor barang prapabrikasi di bulan-bulan selanjutnya.

Kemudian, untuk penerimaan bea keluar mencapai Rp50,6 miliar atau 72,8 persen dari target, juga mengalami penurunan yang cukup tinggi sebesar 66,5 persen yoy.

Penurunan itu didorong menurunnya pungutan ekspor CPO, harga CPO global yang lebih rendah serta adanya pemeliharan pabrik oleh salah satu eksportir di Banggai.

Pada aspek kinerja PNBP, pendapatan terus mengalami peningkatan, hingga akhir April 2023 penerimaan telah mencapai Rp333,1 miliar (66,4 persen dari target) atau tumbuh 46,8 persen (yoy).

Capaian positif itu terutama didorong dari tingginya realisasi pendapatan PNBP lainnya yang mencapai Rp220 miliar atau 87,3 persen dari target yang disumbang oleh peningkatan pendapatan atas layanan kementerian dan Lembaga (K/L), khususnya jasa-layanan pada K/L Kemenhub dan Kemenkumham.

“Pendapatan BLU juga mencatatkan pertumbuhan positif, dimana realisasinya telah mencapai Rp113 M atau 45,2 persen dari target dengan pertumbuhan mencapai 20,6 persen (yoy). Penerimaan tersebut sebagian besar ditopang dari pendapatan BLU UNTAD dan BLU Bandara Mutiara Sis Al-Jufri,” katanya.

Sementara itu, secara nasional, Menkeu Sri Mulyani mengatakan, APBN hingga April 2023 masih mencatatkan kinerja yang baik, ditopang kinerja pendapatan yang masih kuat dan pertumbuhan belanja yang terjaga.

APBN tetap solid dan resilen menjaga pertumbuhan ekonomi dengan tetap waspadai perkembangan risiko dan kondisi ekonomi global serta potensi moderasi penerimaan sebagai dampak menurunnya harga komoditas global.

“Hasil yang sangat baik sampai April akan kita jaga terus dan kita juga akan pertahankan. Namun seperti yang kita semuanya pahami, kondisi ekonomi dunia sangat dinamis dan proyeksinya memang menunjukkan adanya pelemahan. Kondisi ekonomi Indonesia masih sangat bertahan, resilien dan momentum pemulihannya masih kuat. APBN kita juga terus menggunakan seluruh ruang untuk segera memperkuat APBN dan menyehatkan APBN, agar kita mampu terus melindungi perekonomian Indonesia,” tegas Menkeu Sri Mulyani. RHT