Penulis :

Dr. Mohamad Idhan, S.Ag., M.Ag.

Alumni Madrasah Aliyah/Mu’allimin Alkhairaat Pusat Tahun 1990

Bagi masyarakat muslim terutama keluarga besar Perguruan Islam Alkhairaat, tanggal 12 Syawal dijadikan sebagai Acara Haul, yaitu peringatan hari wafatnya SIS. Aljufri yang disertai dengan pembacaan doa tahlil untuknya.  Haul yang tahun ini adalah yang ke-55 juga menjadi ajang silaturrahmi bagi warga Alkhairaat dari seluruh daerah sekaligus untuk mengingatkan kembali akan ide, pemikiran dan perjuangan SIS. Aljufri, agar selalu aktual dan mewarnai kiprah warga Alkhairaat di manapun mereka berada.   

SIS. Aljufri yang populer dengan sebutan Guru Tua adalah seorang Ulama Besar Pendiri atau muassis Perguruan Islam Alkhairaat di Sulawesi Tengah pada tahun 1930.  Lembaga pendidikan yang didirikannya berkembang dari jenjang  madrasah dan sekolah hingga perguruan tinggi,  dan menyebar di berbagai wilayah di , khususnya di bagian Timur yang meliputi Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua.  Melalui rahim lembaga-lembaga pendidikan Islam Alkhairaat dari berbagai jenjang lahir jutaan alumni yang dikenal dengan sebutan “Abna Alkhairaat”.  Mereka berkiprah di berbagai aspek kehidupan dan berkontribusi besar dalam pembangunan bangsa. 

SIS. Aljufri bukanlah pendidik biasa sebagaimana pada umumnya. Beliau adalah ‘itrah atau keturunan Rasulullah saw. melalui Sayidina Al-Husain bin Fathimah Al-Zahra’. Beliau memiliki kedalaman dan keluasan ilmu pengetahuan agama. Karena itu Beliau disebut Al-Sayyid Al-Habib Al-‘Alim Al-‘Allamah, Al-Sayyid Al-Habib  Al-‘Alim Al-Rabbani, dan dalam bahasa lokal di lembah disebut “Guru Tua”. Semua itu menunjukkan keistimewaannya dan yang membedakannya dengan para guru dan alim ulama pada umumnya.

SIS. Al-Jufri adalah “maha guru” yang memiliki ide dan pemikiran pendidikan yang khas. Ide dan pemikirannya diketahui melalui berbagai sumber, terutama dari penuturan para muridnya, yang hidup dan mendapatkan pendidikan langsung darinya.

Ide dan pemikiran Guru Tua terutama di bidang pendidikan dan dakwah dapat juga dipahami dari sejumlah bait syair atau kasidah yang ditulisnya dalam moment dan kesempatan yang berbeda-beda. Syair atau kasidah yang ditulisnya sangat banyak. Kemampuannya membuat syair menunjukkan bahwa beliau adalah seorang ahli dalam bahasa Arab. 

Salah satu syairnya adalah yang ditulisnya pada saat para muridnya telah menamatkan men-qira’ah atau mengkaji Kitab Hadis Riyadh Al-Shalihin yang ditulis oleh seorang ulama yang bernama Al-Imam Al-Hafiz Al-Faqih Abu Zakariyah Muhyiddin Yahya Al-Nawawi, yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Al-Nawawi.  Guru Tua menulis :

هنيئا نلتم الفوز المبينا                 من الرحمن رب العالمينا

Selamat, kalian telah meraih kemenangan yang nyata

Dari Yang Maha Pengasih, Tuhan semesta alam

حضرتم و اجتمعتم إذ ختمتم        و أكملتم رياض الصالحينا

Kalian hadir dan berkumpul ketika menamatkan

Kitab Riyadh Al-Shalihin

كتابا قد حوى علما غزيرا            مصنفه إمام المتقينا

Sebuah kitab yang berisi ilmu pengetahuan yang melimpah

Penulisnya adalah Imam bagi orang-orang yang bertakwa

بمحي الدين يحيا الدين يحيا          و ندرك ما نؤمله يقينا

Berkat Muhyiddin(Imam Al-Nawawi) agama tetap hidup

dan kita mendapatkan dengan pasti apa yang kita cita-citakan

عليكم بالعلوم فإن فيها              شفاء القلب بل دنيا و دينا

Hendaklah kalian berilmu pengetahuan karena di dalamnya

Terdapat kesembuhan bagi hati(keselamatan) di dunia dan di hari akhir

فهيا يا بني الخيرات جدوا             لتنتفعوا و تهدوا الحائرينا

Karena itu, wahai anak-anak Alkhairaat, mari bersungguh-sungguh

Agar kalian memperoleh manfaat dan memberi bimbingan kepada-

orang-orang yang berada dalam kebingungan

و نرجو الله يرحمنا جميعا              و يمنحنا فتوح العارفين

Sambil berharap Allah merahmati kita semua

Lagi menganugerahi kita keterbukaan hati sebagai mana terbukanya hati orang-orang yang arif

و نختم بالصلاة مع السلام           على المختار خير المرسلينا

Mari kita menutup dengan shalawat dan salam kepada

Manusia pilihan sekaligus utusan

مع الآل الكرام و خير صحب       مهاجرهم و من نصر الأمينا

Beserta keluarga yang mulia dan para sahabat-Nya

dari kalangan muhajirin dan Anshar

Syair di atas, diawali dengan lafaz:  هنيئا.  Lafaz ini adalah ungkapan gembira dan bahagia atas capaian para muridnya yang telah berhasil mengkhatamkan Kitab Riyadh Al-Shalihin. Ungkapan ini menunjukkan bahwa menamatkan kitab tersebut adalah yang sangat tinggi sehingga patut untuk diapresiasi. Memberi apresiasi dalam pendidikan adalah bentuk penguatan yang dimaksudkan untuk memberi motivasi sehingga peserta didik lebih giat lagi dalam belajar.

 Menamatkan kitab tersebut diungkapkan oleh Guru Tua sebagai keberhasilan meraih fawz, yang biasa diartikan kemenangan.  Makna lafaz fawz adalah : al-khulush min al-makruh ma’a al-wushul ila al-mahbub (Lepas dari sesuatu yang tidak disenangi dan pada saat yang sama memperoleh sesuatu yang disukai).

Di dalam Al-Qur’an, orang-orang yang beriman di sebut faizin karena mereka selamat dari neraka lalu mendapatkan surga(QS.3 : 185). Guru Tua menyebut keberhasilan menamatkan Kitab Riyadh Al-Shalihin dengan keberhasilan memperoleh  fawz  untuk mengisyaratkan bahwa dengan menamatkan kitab tersebut para muridnya lepas dari ketidaktahuan(jahil) yang merupakan keadaan yang tidak disukai lalu beralih menjadi orang-orang yang berilmu pengetahuan, yaitu keadaan yang disukai.

Syair ini juga menunjukkan pentingnya Kitab Riyadh Al-Shalihin, dan secara implisit Guru Tua merekomendasikan Kitab tersebut untuk dipelajari dan dikaji sebagai muatan kurikulum, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan Alkhairaat, terutama di tingkat madrasah. Kitab tersebut berisi sekitar dua ribu hadis Nabi saw. yang dihimpun oleh penulisnya dari kitab-kitab Hadis yang shahih lagi  mu’tamad,  yaitu : Kitab Hadis Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-Turmudzi, Al-Nasa’i dan Ibn Majah.  Karena itu, Guru Tua menyebut kitab tersebut berisi ilmu yang gazir  (pengetahuan yang melimpah).

            Dalam syairnya yang lain, Guru Tua menegaskan pentingnya mempelajari Kitab tersebut dengan perkataannya : 

 رياض الصالحين بلا خلاف         كتاب قد حوى علما كثيرا

Tidak diperselisihkan lagi, Riyadh Al-Shalihin

adalah Kitab yang berisi ilmu yang banyak

عليك بدرسه في كل يوم             و لا تعدل به ليلا سميرا

Kamu wajib mempelajarinya setiap hari

Dan jangan berpaling darinya sama sekali

رياض الصالحين كتاب علم          مصنفه و جامعه النووي

Riyadh Al-Shalihin adalah kitab Ilmu

Penyusunnya adalah Al-Nawawi

إذا رمت الشفا من داء قلب         عليك بحفظه فهو المداوي

Apabila engkau menghendaki kesembuhan dari penyakit hati

Maka engkau wajib menghafalnya, karena dia-lah kitab yang dapat memberi kesembuhan. 

Melalui syairnya, Guru Tua juga mengingatkan bahwa keberhasilan meraih sesuatu termasuk ilmu pengetahuan adalah anugerah dari Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Memelihara alam semesta. Kesadaran akan hal ini penting untuk ditanamkan sejak dini agar pencari ilmu selalu rendah hati (tawadhu) dan menjauhi sifat takabur, ujub dan merasa diri paling berilmu. Pada saat yang sama, seorang pencari ilmu selalu memohon anugerah pengetahuan dari Allah.  

Melalui syairnya, Guru Tua menegaskan semangat tersebut melalui doa yang tertulis di akhir syairnya :

و نرجو الله يرحمنا جميعا              و يمنحنا فتوح العارفين

Semoga Allah merahmati kita semua

lagi menganugerahi kita keterbukaan hati sebagai mana terbukanya hati orang-orang yang arif

Guru Tua juga mengisyaratkan bahwa mencari ilmu adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Apabila satu tahapan dari proses belajar dilalui, maka dilanjutkan dengan tahapan berikutnya. Beliau berkata :

عليكم بالعلوم فإن فيها              شفاء القلب بل دنيا و دينا

Hendaklah kalian mencari ilmu pengetahuan karena di dalamnya

Terdapat kesembuhan hati bahkan keselamatan di dunia dan di hari akhir

فهيا يا بني الخيرات جدوا             لتنتفعوا و تهدوا الحائرينا

Karena itu, wahai anak-anak Alkhairaat, mari bersungguh-sungguh

Agar kalian memperoleh manfaat dan memberi bimbingan kepada orang-orang yang berada dalam kebingungan

Selain itu, melalui syair tersebut, Guru Tua mengajarkan satu prinsip bahwa ilmu tidak sekedar untuk kemanfaatan diri, tetapi yang terpenting adalah memberi manfaat kepada orang lain.  Hakikat ilmu bukan yang dihafal, tetapi ilmu adalah yang diamalkan dan memberi manfaat, terutama untuk membimbing orang-orang yang masih berada dalam kebingungan dalam perjalanannya mencari kebenaran.

 Kesungguhan mencari ilmu melalui kajian kitab kuning atau qira’at al-Kutub dari para ulama terkemuka merupakan jalan hidup Guru Tua yang wajib ditradisikan kembali oleh para Abna. Mengamalkan ilmu melalui pendidikan dan dakwah juga merupakan jalan hidup yang ditempuh oleh Guru Tua.  Beradaptasi dengan kemajuan di era saat ini adalah sebuah keniscayaan, akan tetapi mempertahankan tradisi lama yang baik tidak kalah pentingnya.  

Kalau dahulu Guru Tua dengan metodenya yang khas tersebut berhasil melahirkan kader-kader yang berilmu pengetahuan agama yang mendalam, maka haruskah Abna menempuh jalan yang baru dan meninggalkan sama sekali metode lama yang terbukti berhasil. 

المحافظة على القديم الصالح و الأخذ بالجديد الأصلح