Oleh: St.Naisyah
(Ketua kelompok kerja guru PAI Kecamatan Galang, Kabupaten Tolitoli)
Ramadan ibarat medium Diklat spesial. Laksana sekolah super istimewa. Bagaimana tak istimewa jika Ramadan hadir dengan jutaan kemuliaan. Ia menjadi sekolah besutan pemilik jagad raya. Sekolah integral yang memadu-utuhkan antara titah langit (spirit transendental) dan juga nilai-nilai bumi (sosial-humanizm). Walau menjadi sekolah super keren yang pernah ada, namun begitu Ramadan tetap terbuka untuk semua; pria-wanita, tua-muda, penguasa-jelata, juga golongan kaya, pun papa. Ramadan free biaya dan tanpa syarat ribet bin anti susah.
Allah azza wajalla memberi undangan terbuka kepada kita semua untuk dapat merasai pendidikan di sekolah Ramadan. Cukup dengan menunjukkan bukti autentik keyakinan, maka kita semua pasti diterima di sekolah Ramadan. Benefit bersekolah di Ramadan, tak tanggung-tanggung. Setiap pembelajar yang bersungguh-sungguh menjalani proses belajar, akan di wisuda langsung oleh Rabbul Alamin; dipasangi toga dan mahkota kebesaran serta berhak menerima sertifikat Taqwa; sebuah ‘kartu sakti’ yang tak hanya dapat memuluskan seseorang untuk peroleh pekerjaan layak, dan kemudahan duniawi lainnya. Tetapi juga dapat menjadi tiket eksekutif menuju Ridho dan Jannah-Nya. Sekaligus menjadi perangkat legalisasi dan garansi keselamatan dan kebahagiaan dalam perjalanan panjang di kampung ukhrawi.
Ramadan adalah wujud nyata cinta dan kasih Tuhan untuk hamba-hambaNya. Digelar sebagai madrasah yang diproyeksi sangat ideal mencipta sosok-sosok jawara, yang memiliki kompetensi yang mumpuni dalam segala dimensi. Ramadan adalah sekolah bagi para pemenang-pemenang sejati. Indikasi bahwa ramadan adalah sekolah istimewa para jawara dapat dilihat dalam banyak takaran, antara lain:
Top Akseleran Class
Jika dalam giat ril dunia pendidikan, kita mengenal istilah dan tipologi kelas akselerasi yang diorientasikan sebagai kelas belajar percepatan, maka sekolah Ramadan secara faktual adalah top akseleran class. Sebuah learning super camp, yang nafas dan denyut nadi pembelajarannya adalah pelejitan segenap potensi kemanusiaan. Ia menjadi fakultas belajar inter disipliner. Setiap giat belajar yang digeluti di Ramadan akan diganjar dengan bobot skor nilai berganda tak terkira.
Prestasi yang gigih diperjuangkan di bulan Ramadan super cepat diraih, dibanding dengan diikhtiarkan diluar bulan Ramadan. Bahkan Allah menyediakan satu momentum yang teramat sakral nan karamah di bulan ramadan, yakni Lailatul Qadr. Dinarasikan sebagai saat yang nilai kemuliaanya melampaui 1000 bulan [Qs. Alqadr: 3]. Benar-benar ke istemewaan yang tak kita temukan tandingannya di sekolah manapun.
Berdifference dan Peka Pada Modalitas Belajar
Kelas berdiferensiasi yang belakangan dipandang sebagai satu identitas ideal kelas belajar yang sederhananya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan belajar murid yang beragam secara adil dan proporsional. Paradigma mutakhir pendidikan dan pembelajaran memberi maklumat bahwa setiap individu [murid] berbeda dan beragam, dan mutlak disahuti dengan layanan pembelajaran yang ber-difference. Modalitas belajar setiap anak berbeda; audio, visual, kinestetik, dll. Harus dapat mengalami proses pembelajaran dengan metodologi pembelajaran yang berkeadilan.
Konsepsi kelas belajar berdiferensiasi, jauh sangat sempurna telah diperagakan di sekolah Ramadan. Walau puasa, qiraah qur’an, sedekah dll misalnya menjadi satu keniscayaan yang harus dapat di jalankan di bulan Ramadan, tetapi semua itu juga sangat proporsional. Yang sedang didera uzur, diberi dispensasi yang sangat adil. Puasa sebagai titah langit, juga secara saintifik dapat dibuktikan sebagai rahmat dan wujud keadilan Ilahi. Multiple intelegensi orientation.
JUPE; Pemenuhan nyata KSE
Jupe alias jujur dan peka merupakan bagian dari capaian yang harus diwujudkan oleh sekolah Ramadan. Puasa sebagai satu program unggulannya merupakan praktikum [life education] yang menuntut kejujuran dan kepekaan. Pesan moral utama puasa adalah mencipta insan jujur dan memiliki kepedulian tinggi kepada sesama.
Selain itu, puasa juga menjadi medium riyadhah (latihan serius) mengelola emosi. Sebab, terminologi dasar puasa adalah tata kendali. Hal ini, tentu sangat relevan dengan ekspektasi mode pembelajaran berbasis peningkatan KSE [kompetensi sosial emosional] yang juga sedang digaung giatkan oleh dunia pendidikan terkini. Kita tak menemui satu wahana pendidikan karakter, seunggul dan seproduktif sekolah ramadan.
Ramadan hadir tak sekedar dengan membawa segudang jargon dan wacana, tetapi nyata menjadi sekolah yang akan memproduksi jawara-jawara handal. Problemnya sekarang adalah apakah kita semua para muslimin, memiliki keutuhan azzam, kebulatan tekad dan komitmen tinggi untuk berproses maksimal di madrasah ramadan?
Allah telah menyediakan mediumnya, gratis tanpa biaya. Pilihannya tinggal di kita, adakah kita akan mengambil peluang emas ini secara konsisten? Adakah kita memiliki ketinggian cita mewujudkan diri sebagai jawara [pemenang] sekolah Ramadan.
Mari bersegera mengambil keputusan dan langkah nyata, sebelum Ramadhan berlalu menyisakan sesal bertalu. Sebab tak ada garansi Ramadhan periode berikutnya masih tersedia buat kita. Wallahu a’lam .***