SULTENG RAYA – Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Palu kolaborasi dengan Desainer FFF by Ferry Fabry Febry untuk menampilkan Tenun Kelor bertajuk ‘Tanda Mata’ di Indonesia Fashion Week (IFW) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, selama lima hari, yani Rabu hingga Ahad (22-26/2/2023).

“Kegiatan ini merupakan kegiatan perdana Dekranasda Kota Palu yang berkolaborasi dengan FFF by Ferry Fabry Febry,” kata Ketua TP PKK Kota Palu, Diah Puspita, yang juga Ketua Dekranasda Kota Palu, Ahad (26/2/2023).

Ferry Fabry Febry merupakan salah satu Anak Muda berbakat kota Palu yang meluncurkan Sembilan koleksi busana dari Tenun Kelor menjadi sebuah tampilan lebih edgy, sehingga menghadirkan tampilan yang lebih inovatif, orisinil, menonjol dan memberikan kesan stand out.

Sedangkan ‘Tanda Mata’ sebagai tajuk yang dipilih dalam peragaan busana itu, kata Diah, artinya kenangan. Harapannya, dapat membekas di hati pemiliknya tentang Kota Palu.

“Semoga iven terbesar perdana Dekranasda Kota Palu awal tahun ini, dapat menjadi awal perjalanan Dekranasda Kota Palu untuk menjelajahi pasar internasional. Apapun itu, saya akan tetap mendukung usaha yang berkaitan dengan pelestarian hasil karya masyarakat, apalagi pemuda daerah berbakat yang kita punya karena merupakan prestasi yang mahal dan itu perlu diapresiasi sebesar-besarnya,” ucapnya.

Sementara itu, Ferry Fabry Febry, mengatakan, tenun kelor yang diikutkan dalam IFW di Jakarta, merupakan bentuk upaya mewujudkan keinginan Pemkot Palu menjadikan fashion item yang harus di ekplorasi.

“Rancangan kali ini juga merupakan harapan dari Pemerintah Kota Palu saat Tenun Kelor pertama kali diluncurkan, yakni pelaku fashion di Kota Palu harus bisa menjadikan kain tenun kelor sebagai fashion item yang harus di eksplorasi,” jelas Ferry Fabry Febry.

Sebagai informasi tambahan, pagelaran fesyen terbesar di Tanah Air itu mengangkat Gorontalo sebagai inspirasinya tahun ini.

Acara yang diinisiasi Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indoensia (APPMI) tersebut mengusung tema ‘Sagara dari Timur’ dan diikuti 300 desainer lokal dari berbagai daerah di Tanah Air. 

TENUN KELOR DI-LAUNCHING

Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, didampingi Wakil Wali Kota, dr Reny A Lamadjido, secara resmi melaunching Kain Tenun Palu Motif Kelor di ruang rapat Bantaya Kantor Wali Kota Palu, Senin (11/7/2022).

Wali Kota Hadianto, mengatakan, Kota Palu memiliki kekayaan adat serta budaya yang beranekaragam dan telah diakui secara nasional.

Menurutnya, banyak warisan budaya yang menyumbang potensi besar bagi ekonomi kreatif. Salah satunya adalah wastra.

“Wastra merupakan kain nusantara khas Indonesia, sebagai contoh yakni kain tenun. Hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki wastra atau kain tenun, tak terkecuali Kota Palu,” katanya.

Ia mengungkapkan, wastra merupakan peninggalan turun temurun leluhur yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Setiap wastra memiliki nilai-nilai filosofis yang agung dan luhur.

Khusus Kota Palu, kata dia, telah mengembangkan wastra melalui kajian diinisiasi Badan Litbang Kota Palu bersama Tim Ahli Desain Kain Tenun Kota Palu, budayawan. Mereka semua memiliki kompetensi dalam hal ini.

Ia menyatakan, pengembangan desain motif tenun Kota Palu menggunakan tumbuhan Kelor sebagai variabel yang memiliki nilai budaya maupun personal untuk masyarakat Kota Palu, yang dapat dilihat dari sisi flora maupun kebudayaan.

“Proses visualisasi Kelor sebagai motif mengikuti prinsip-prinsip yang ada pada hasil kajian motif kriyawastra lembah Palu. Motif-motif hasil kajian dikombinasikan dengan motif tanaman kelor yang telah divisualisasikan dalam enam belas motif,” ungkapnya.

Motif utama adalah bentuk geometris, garis atau titik flora, fauna dan bentuk alam lainnya. Warna yang dipakai adalah gabungan warna primer, yakni merah, kuning, biru. Kemudian, warna sekunder, yakni hijau, ungu, jingga. Monokrom, yakni hitam putih, nuansa kecoklatan dan kemerahan seperti kain kulit kayu.

“Semua warna memiliki makna dan filosofi. Secara visualisasi motif Tava Kelo dikembangkan menjadi Sasio Tava Kelo (Sembilan Daun Kelor) yang berarti terdapat delapan kecamatan di dalam satu Kota Palu yang menjadi pusat koordinasi dan pengembangan wilayah,” jelasnya.

Sedangkan Alima Tava Kelo atau lima daun kelor, memaknai empat  kecamatan di satu Kota Palu, yakni Utara, Barat, Timur, Selatan sebelum pemekaran wilayah.

Selanjutnya, dikembangkan motif  wastra Tonda Talusi, wastra Vanta, Wastra Kavali Kelo, wastra Katupa Ngapa, wastra Nolili, wastra Lalavo, wastra Balengga, wastra Risi, wastra Reme, Wastra Kutuvua, wastra Nonju, wastra Sintuvu, dan wastra Patampasu.

“Hal ini harus kita pelajari bersama. Agar filosofi-filosofi yang terdapat di dalam kain tenun ini bisa menyesuaikan keadaan dan situasi,” katanya.

Desain kain tenun Kota Palu motif Kelor, juga telah mendapatkan pengakuan sebagai kekayaan intelektual berdasarkan Surat Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM sesuai surat nomor 000302565 tanggal 16 Desember 2021.

“Sehingga bisa dipastikan bahwa kain tenun Kota Palu motif Kelor menjadi milik Pemerintah Kota Palu dan masyarakat Kota Palu,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dengan dilaunchingnya kain tenun motif Kelor dengan visualisasi wastra Tava Kelo akan menjadi salah satu kerajinan andalan Pemerintah Kota Palu kedepan.

“Menurut saya ini adalah waktu yang tepat. Kita juga menetapkan Hari Tenun Kota Palu yang jatuh pada tanggal 10 Juli setiap tahunnya,” katanya.HGA