SULTENG RAYA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) menegaskan komitmennya untuk mengakselerasi program Kementerian Pertanian (Kementan) Biosaka, sebuah metode yang diyakini menjadi solusi petani untuk menghemat pupuk pada masa tanam.

“Alhamdulillah ini sudah kita laksanakan pengenalan, dua lokasi, pertama di BPP Simou Kabupaten Donggala, kedua di Dinas TPH sendiri yang mengundang insan pertanian di 13 kabupaten kota, sudah jalan. Intinya Pemerintah Provinsi merespon program ini,” kata Asisten II Ekonomi Pembangunan Pemprov Sulteng, Rudy Dewanto, didampingi Kepala DTPH, Nelson Metubun, di sela acara Rakor Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura, di salah satu hotel di Kota Palu, Rabu (22/2/2023).

“Biosaka sendiri sebagai elisitor. Lanjutnya, Biosaka bukan pupuk, tetapi menambah zat-zat kimia dari dalam tanaman itu sendiri, dengan dia menambah kekuatan pada tanaman itu sendiri, tanaman bisa menghemat pupuk hingga 50 persen,” ujarnya menambahkan.

Sebelumnya, pada kunjungan kerja Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) di Kabupaten Sigi, Ahad (19/2/2023). Mentan SYL pun mengajak petani di Kabupaten Sigi untuk mencoba metode itu demi meningkatkan produktivitas hasil panen.

Melansir dpkp.jogjaprov.go.id, Biosaka bukan merupakan pupuk dan bukan pula sebagai pestisida, tetapi berperan sebagai elisitor bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih bagus karena mengandung hormon, spora dan bakteri yang tinggi.

Biosaka dibuat dari segenggam bahan minimal lima jenis rumput/daun yang sehat sempurna dicampur dengan 5 liter air dalam wadah, diremas dengan tangan kurang lebih 30 menit tanpa berhenti dan tidak boleh berganti orang hingga ramuan homogen.

Penyemprotan dengan cara pengabutan minimal satu meter diatas tanaman dengan nozzle menghadap keatas dan dosis larutan sebesar 40 ml Biosaka/15 liter air, sisanya disimpan untuk aplikasi berikutnya.

Waktu penyemprotan bisa pagi atau sore hari, namun sebaiknya pada sore hari dengan memperhatikan cuaca dan arah angin.  Untuk tanaman padi dan jagung, aplikasi dilakukan pada umur tanaman 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali dalam satu musim tanam dengan interval 10-14 hari.

Manfaat penggunaan Biosaka ini adalah ramah terhadap lingkungan, hemat biaya, hemat pupuk hingga 50 persen, menurunkan penggunaan pestisida kimia, mengurangi serangan hama dan penyakit, lahan menjadi lebih subur dan produksi lebih bagus.

Sebagai salah satu metode pertanian ramah lingkungan, pemanfaatan Biosaka merupakan teknologi mudah dan murah yang dapat diterapkan oleh petani dalam upaya menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas usaha tani-nya. RHT