SULTENG RAYA- Yayasan Sahabat Lingkungan Sulawesi Tengah, kini tengah melakukan penyusunan kurikulum tentang pengolahan sampah yang nantinya dapat digunakan mulai dari tingkat TK, SMP, dan SMA/SMK guna melahirkan generasi peduli lingkungan.

Hal tersebut diutarakan oleh Ketua Yayasan Sahabat Lingkungan Sulawesi Tengah, Ir. Burhanuddin Andi Masse, M.Kom, katanya sebagai masyarakat yang peduli lingkungan sekaligus akademisi telah terpanggil untuk bergerak mengajak semua komponen masyarakat untuk menjaga bumi untuk diwariskan ke genarasi akan datang. “Salah satu yang merusak bumi ini adalah persoalan sampah,”sebut Burhanuddin, Senin (20/2/2023).

Untuk membentuk masyarakat yang peduli lingkungan katanya, maka perlu dilakukan trobosan baru, melalui lembaga pendidikan. Mendidik generasi yang peduli lingkungan melalui wadah lembaga pendidikan, sebab untuk mengubah pola pikir dan budaya masyarakat yang sudah lebih dewasa agar peduli lingkungan butuh  waktu relatif lama.

Bisa dilihat katanya, yang paling banyak membuang sampah disembarangan tempat adalah masyarakat umum, sementara para generasi yang masih duduk dibangku sekolah masih relatif sedikit melakukan hal yang sama dan mudah untuk dibentuk. “Untuk itu, perlu diubah, dengan cara kita membangun generasi peduli lingkungan dari lembaga pendidikan,”sebutnya.

Ia menyebut, Jepang dan Singapura adalah dua contoh negara yang berhasil membangun generasi bangsa yang peduli lingkungan, tidak mudah memang, karena membutuhkan waktu tahunan hingga belasan tahun, namun hasilnya dapat dipetik saat ini. Dimana masyarakatnya kini memiliki rasa malu jika membuang sampah di sembarangan tempat.

Menurut mantan Ketua APTISI Sulteng ini, lembaga pendidikan adalah tempat yang paling tepat membangun peradaban baru, karena lembaga pendidikan adalah lembaga yang mempersiapkan pelanjut generasi penerus bangsa.

“Mereka yang keluar dari lembaga pedidikan, otomatis akan menjadi masyarakat yang hidup bermasyarakat di lingkungannya, jika mereka ini sudah terdoktrin akan kepedulian lingkungan, maka tidak mungkin melakukan perbuatan buruk seperti membuang sampah di sembarangan tempat, bahkan bisa menularkan kebiasaan itu di lingkungannya, inilah yang disebut agen perubahan,”sebut Burhanuddin.

Ia berharap, dalam waktu dekat, kurikulum yang tengah disusun yayasannya itu sudah dapat digunakan oleh lembaga pendidikan untuk mencetak generasi bangsa peduli lingkungan. ENG