SULTENG RAYA- SMA Negeri Model Terpadu Madani telah melaunching Teks Analytical Exposition Karya Siswa Kelas XII-3, sebagai bentuk melangkah menuju memaksimalkan implementasi pembelajaran (Student Centered) melalui kegiatan pemberdayaan siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran indoor maupun outdoor.
Sebagai salah satu bentuk implementasi pembelajaran yang terpusat pada siswa, itu dilakukan melalui penerapan model pembelajaran “Collaborative Online Blended Learning through Padlet” – Penerapan Model Pembelajaran Perpaduan antara online dan offline melalui kelompok kolaborasi.
Penerapan model pembelajara ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan menulis teks pada siswa melalui kegiatan penyusunan teks eksposisi analitis berbahasa Inggris yang dilakukan melalui kelompok kolaborasi.
Kegiatan pembelajaran itu sangat bermanfaat kepada siswa, konsep ini mendorong siswa aktif dalam pembelajaran, bukan hanya mengasah keterampilan menulis teks berbahasa Inggris, melainkan juga kemampuan mengemukakan buah pikiran, dikolaborasikan dengan fakta dan konteks yang ada, seperti masalah-malasah kemasyarakatan, dan sosial.
Metode ini bisa membuat siswa lebih cepat berkembang kemampuan berbahasa Inggrisnya. Saat ini baru satu kelas yang menerapkan konsep tersebut yakni Kelas XII-3 sebagai kelas pilot project, hasil kolaborasi salah satu guru pembina Bahasa Inggris di sekolah ini yakni Dasmin Lamasiara., M.Pd dengan salah seorang dosen Unismuh Palu Ernitasari Mulyadi, Bach. BP., M.Pd.
Konsep pembelajaran tersebut dinilai berhasil oleh Kepala SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu, Dahlan Moh Saleh, S.Pd., M.Si, dan berkeinginan konsep tersebut dapat diterapkan ke semua kelas yang ada.
“Dengan melihat konsep ini yang begitu banyak bermanfaat bagi siswa, maka harus digunakan oleh semua kelas, bukan hanya kelas yang menjadi percobaan itu, karena manfaatnya sangat besar sekali, karena anak-anak bisa menulis kemudian bisa berargumen berbahasa Inggris,”sebut Kepala SMA Negeri Model Terpadu Madani Palu, Dahlan Moh Saleh, S.Pd., M.Si., Senin (20/2/2023).
Dasmin Lamasiara menguraikan, model pembelajaran itu diawali dengan pembentukan beberapa kelompok di kelas, setelah itu guru menjelaskan konsep pembelajaran dengan sistem kolaboratif (dimana didalamnya ada Forming, Storming, Norming, dan Performing), karena pembelajaran ini membutuhkan kolaborasi dalam kelompok.
Berikutnya, siswa diberikan aplikasi Padlet yang harus diisi secara online, dimana penulisannya harus memperhatikan Planning, Drafting, Sharing, Evaluating, Revising, Editing and Publishing, lalu dilanjutkan dengan Group Discussion secara offline di dalam kelas.
“Tulisan mereka itu harus tema-tema yang menarik seputar hal-hal yang terjadi di masyarakat, baik itu terkait sosial, ekonomi, dan lain-lain, yang kritis dan solutif, lalu mereka mendiskusikan dengan menggunakan bahasa inggris,”jelas Dasmin.
Katanya, saat ini guru itu tinggal menjadi mediator, fasilitator, dan evaluator, selebihnya harus memberikan kemerdekaan kepada siswa untuk berkreasi mengembangkan kemampuan diri.
Sementara itu, seorang peserta didik kelas Kelas XII-3, Freya Patricia, mengaku metode ini sangat mempermudah dirinya dalam diskusi kelompok, apalagi dengan adanya aplikasi Padlet lebih mempermudah dirinya berkomunikasi dengan teman-temannya dalam satu kelompok, dari pada dibuat dalam group WhatsApp.
Selain itu, juga mengaku terdorong munculnya kreatifitas bagaimana cara berfikir untuk mendiskusikan dalam menyusun teks. “Ini sangat mempermudah diskusi dalam kelompok, berpikir, dan memperkaya kosakata bahasa Inggris,”sebut. ENG