SULTENG RAYA – Kementerian Keuangan di Provinsi Sulawesi Tengah mencatat, ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) Triwulan IV 2022 tumbuh impresif sebesar 18,96% secara tahunan (yoy).
Menguatnya pemulihan ekonomi Sulteng juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kuartal IV 2022 dibandingkan Kuarta III 2022 sebesar 4,66 persen.
“Dengan tingkat pertumbuhan ini, level PDRB Sulteng secara kumulatif pada 2022 berada di angka 15,17 persen (ctc). Pertumbuhan ekonomi Sulteng 2022 ini berada di atas target RPJMD Sulteng yang sebesar 5,88 persen (yoy) maupun target nasional, dalam RKP 2022 yang sebesar 8,82-9,10 persen (yoy),” kata Kepala Perwakilan Kemenkeu di Sulteng, Irfa Ampri, dalam konferensi pers, Selasa (7/2/2023).
Menurutnya, kinerja ekonomi yang kuat tersebut ditopang oleh tingkat konsumsi domestik yang semakin membaik, pertumbuhan investasi, serta kinerja positif perdagangan internasional Sulteng yang konsisten mencatatkan surplus neraca perdagangan dalam 48 bulan terakhir.
Perbaikan ekonomi regional juga tercermin pada kinerja berbagai lapangan usaha yang tumbuh positif khususnya sektor industri pengolahan, pertambangan, dan konstruksi.
Meski beberapa waktu ke belakang ekonomi dihadapkan pada persoalan inflasi, kenaikan harga komoditas pangan dan energi, serta pelemahan rupiah, itu tidak menggerus potensi pertumbuhan ekonomi Sulteng.
“Keduanya diyakini masih di level yang cukup terkendali, namun demikian dampak perlambatan ekonomi global pada tahun 2023 masih tetap diwaspadai,” ucapnya.
Pertumbuhan ekonomi Sulteng terutama didorong oleh tingkat konsumsi domestik yang semakin membaik, pertumbuhan investasi, serta kinerja positif perdagangan internasional Sulteng yang konsisten mencatatkan surplus neraca perdagangan.
Surplus neraca perdagangan Sulteng 2022 mencatatkan sejarah tertingginya. Ekspor Sulteng pada bulan Desember 2022 tercatat sebesar 1.829,3 juta US dollar, melanjutkan kinerja positif dengan tumbuh sebesar 46,7 persen (yoy) dan 18,9 persen (mtm).
Secara kumulatif, nilai ekspor Sulteng Januari hingga Desember 2022 mencapai 19.016,73 juta US dollar atau naik 57,7 persen dibanding periode yang sama pada 2021.
Berdasarkan komoditasnya pada periode Januari hingga Desember 2022, ekspor besi dan baja mendominasi 65,6 persen, diikuti nikel 19,6 persen, bahan bakar mineral 9,9 persen, dan lainnya masing-masing di bawah satu persen.
Di sisi lain, impor Desember 2022 tercatat sebesar 1.056,58 juta US dollar atau naik 47,1 persen dibandingkan periode November 2022.
Komoditas utama impor Indonesia selama 2022 masih didominasi oleh impor bahan baku/penolong dan barang modal seperti mesin dan pesawat mekanik 22,7 persen, besi dan baja 19,9 persen, serta bahan bakar mineral 19,5 persen dari total impor Sulteng.
Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan Desember 2022 mencatatkan surplus sebesar 772,71 juta US dollar melanjutkan tren surplus selama 48 bulan berturut-turut sejak Januari 2019.
Secara kumulatif, total surplus periode Januari hingga Desember 2022 mencapai 8659,54 juta US dollar, naik tinggi jika dibandingkan periode Januari sampai Desember 2021 yang sebesar 4902,86 juta US dollar.
“Ke depan perlu diwaspadai risiko penurunan permintaan ekspor dari negara mitra utama dagang seperti Tiongkok, Taiwan, Uni Eropa, Korsel dan Jepang. Di sisi lain secara paralel juga terus mengembangkan ekspor ke negara lain seperti India dan negara-negara ASEAN, serta meningkatkan pemanfaatan dan penyerapan bahan baku agar dapat diolah di dalam negeri,” kata Irfa Ampri. RHT