SULTENG RAYA – Bank Indonesia (BI) memprediksi perekonomian Sulawesi Tengah akan tetap tumbuh tinggi pada tahun 2023. Prediksi itu mengacu pada kinerja industri pengolahan dan pertambangan yang masih tinggi di Sulawesi Tengah.
“Kita perkirakan di tahun 2023, perekonomian Sulteng masih tumbuh tinggi. Itu seiring dengan tingginya kinerja industri pengolahan dan pertambangan. Ekspor kita, ekpor hasil hilirisasi tambang masih tinggi, ini yang membuat kita masih optimis bahwa tahun 2023, pertumbuhan ekonomi kita masih baik,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah, Dwiyanto Cahyo Sumirat, Jumat (27/1/2023).
Dwiyanto mengatakan, kinerja industri pengolahan khususnya pengolahan nikel masih akan tinggi seiring dengan tingginya permintaan stainless steel dan melonjak tajamnya permintaan baterai electric vehicle di tahun 2023.
“Sejalan dengan tumbuh tingginya industri pengolahan, kinerja pertambangan juga akan tumbuh signifikan. Karena yang akan diolah oleh smelter-smelter tadi adalah hasil-hasil tambang dari daerah itu juga,”jelasnya.
Selain itu, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang masif membutuhkan barang tambang dari Sulawesi Tengah, khusunya tambang galian C.
Menurut Dwiyanto, dengan kontrak cukup besar dari proyek IKN, akan banyak berkontribusi positif pada perekonomian Sulteng di tahun 2023.
Meski tinggi dari segi industri pengolahan, pertumbuhan ekonomi Sulteng dapat tertahan seiring dengan adanya potensi disrupsi dari sisi pertanian yang dipengaruhi oleh harga pupuk dan energi global yang dapat menghambat produksi pertanian.
“Kita belum tahu, kapan konflik Rusia - Ukraina ini akan berakhir. Keberadaan konflik ini sedikit banyak menghambat jalur distribusi kebutuhan pokok, termasuk pupuk dan kebutuhan energi.
Disrupsi tersebut membuat harga energi, harga pupuk, harga komoditas pangan mengalami peningkatan yang juga berimbas pada meningkatnya biaya produksi mengalami peningkatan,” jelasnya.
Menurut Dwiyanto, masyarakat juga dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Sulteng. Salah satunya dengan terus meningkatkan konsumsi rumah tangga.
“Kalau kita lihat data BPS, konsumsi rumah tangga mencakup 27,09 persen dari struktur Ekonomi Sulteng pada TW III 2022. Untuk keluar dari dampak resesi, yuk kita terus berkonsumsi, terutama barang produk dalam negeri,”katanya.
Selain itu, pemerintah yang sudah melonggarkan kebijakan PPKM, membuat perggerakan masyarakat lebih mobile, sehingga konsumsinya juga diharapkan bisa lebih baik.
“Itulah yang melandasi pertumbuhan ekonomi 2023 semakin baik,ditambah produk-produk olahan nikel semakin meningkat serta pergerakan masyarakat lebih mobile diharapkan konsumsi juga baik,” jelas Dwiyanto.
Seperti diketahui, pada TW III tahun 2022, pertumbuhan Ekonomi Sulteng tertinggi kedua di Indonesia sebesar 19,13 persen di bawah Maluku Utara. WAN