SULTENG RAYA- Akademisi Universitas Tadulako, Dr. Agustan, S.Pd., M.Pd kembali menghasilkan sebuah buku, setelah sebelumnya buku novel berjudul Rumah Bayang, kini adalah Meta-Koridor 2, buku yang berisi Antologi Puisi, berisi kumpulan puisi yang menggambarkan Tanah Tadulako, Sulawesi Tengah.
Agustan, tidak hanya seorang diri sebagai penulis dalam buku itu, karena ditemani tiga orang rekannya yang lain, yakni Shakinah Madani, Julia Marfuah, dan Hasnur Ruslan.
Diantara gambaran Tanah Tadulako, Sulawesi Tengah Salah dalam buku itu yakni kerinduan menanti seorang pemimpin yang bisa membawa kemajuan pesat di Sulawesi Tengah tanpa menghilangkan kultur atau budaya yang melekat di tanah Tadulako.
Dalam puisi yang berjudul “TADULAKO MEMBUMI” penyair mengajak kepada pembaca agar muncul pasukan berkuda, yang lincah, menjaga keadaan bumi Tadulako.
Itu terlihat dalam ungkapan zoopoetika sastra yang berbunyi “Menanti para punggava berkuda dari medan laga”, melukiskan sebuah upaya yang digagas penyair. Upaya tentang bagaimana membumikan Tadulako. Yang ditunggu oleh penyair adalah punggawa berkuda. Berkuda berarti pasukan elit, yang mau berjuang, bergerak cepat seperti larinya kuda. Kuda, termasuk kendaraan hewan yang lincah.
Dengan mantra tertentu, Tadulako agar dijaga historis, kultural, dan mitologis. Beragam mantra bisa dimanfaatkan oleh pasukan berkuda, untuk mengembangkan Tadulako agar tidak tercerabut dari realitas aslinya.
Selain puisi yang berisikan gambaran Bumi Tadulako juga puisi melukiskan erotika hidup. Erotika merupakan gamaran seksualitas yang sengaja dipoles oleh penyair tepatnya di puisi yang berjudul “CERITA MALAM PENGANTIN DAN KINCIR ANGIN I”, ungkapan erotic itu terdapat dalam tulisan “pada malam-malam kepuasan atau kekesalan dan malu yang menjadi-jadi”.
Agustan mengatakan, puisi yang ada didalam buku itu adalah kumpulan tulisan puisinya dan juga tulisan puisi ke tiga rekannya. Dikumpulkan dalam sebuah buku, dengan harapan itu bisa menjawab kerinduan masyarakat akan karya sastra puisi yang semakin terpinggirkan saat ini. “Buku yang berisi 43 Puisi ini, semoga dapat mengobati kerinduan masyarakat,”harap Agustan, Selasa (24/1/2023).
Sementara itu, Ketua Umum HISKI Pusat sekaligus Dosen FBS Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum mengatakan, buku Antologi Puisi ini telah membuka relung-relung baru tentang Tadulako seisinya. Bahkan bukan hanya persoalan bumi Tadulako, melainkan ke seberang negara, yang dicobakaitkan dengan penomena kultural.
“Harus saya nyatakan bahwa antologi ini layak dibaca. Tidak hanya persoalan bumi Tadulako, melainkan ke seberang negara, yang dicobakaitkan dengan penomena kultural. Sangat dekat dengan curahan puistis penyair. Membaca Tadulako dari langit, bisa lewat air, tumbuhan, hewan, dan sejumlah mitos. Puisi memang sebuah rekaman suasana. Suasana batin, adalah ruh. Suasana alam semesta adalah pijaran Mutiara bagi penyair,”ujar Prof Suwardi.ENG