SULTENG RAYA – Sebuah Novel berjudul Rumah Bayang, karya seorang akademisi Universitas Tadulako, Dosen Sastra bernama Dr. Agustan, S.Pd., M.Pd sarat berisi kritikan sosial yang kerap terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Menggambarkan diri orang yang memiliki potensi baik dan potensi buruk, dalam novel ini membuka tabir bagaimana manusia ingin sukses dalam merekayasa nasibnya, menghindari tuduhan-tuduhan pada dirinya sendiri atau tentang kehidupan yang ia rancang, tentang karier, tentang hal-hal yang bisa dimanupulatif, bahkan sesekali melawan takdirnya sendiri.
Begitupun latarnya yang kadang meliuk-liuk untuk dapat masuk kedalam ruang batin pembaca, banyak dialog pada batin yang terjadi sebagai gambaran pergolakan psikis dan dramatis.
Karakter tersebut menampilkan tokoh Tuan Sud yang arogan, egois, sadis, pendendam yang akhirnya membuat dirinya sakit jiwa.
Agustan sebagai penulis ingin mengembalikan citra manusia dalam novel itu, jika manusia itu memiliki potensi baik dan potensi buruk, manusia koplit dalam dirinya.
“Ini adalah kritik sosial, bahwa sehebat-hebatnya manusia apalagi sebagai seorang tokoh yang memiliki peran penting di masyarakat, kerap kali berperan sebagai aktor, mendesain dirinya membangun pencitraan sebagai seorang figur tokoh yang baik, bersih, peduli masyarakat kecil dan sebagainya, padahal itu semua hanyalah peran pencitraan untuk menutupi keburukan yang telah atau yang sedang dilakukan, juga kadang ada tokoh yang menampilkan dirinya miskin agar tidak disoroti hartanya oleh masyarakat,”sebut Agustan, Kamis (19/1/2023).
Namun sebenarnya para tokoh tersebut kata Agustan, kerap terjadi pergolakan di dalam dirinya, antara sifat baik dan sifat buruk, itulah peran Protagonis (baik) dan Antogonis (buru /jahat) dalam sebuah novel.
Dalam novel berjudul Rumah Bayang ini peran Protagonis dan Antogonis diperankan oleh satu tokoh yang bernama Tuan Sud. Ini berbeda pada novel pada umumnya, dimana novel-novel pada umumnya memisahkan tokoh baik (Protogonis) dan tokoh yang buruk (Antogonis).
Tuan Sud dalam novel tersebut ditemani tokoh fiktif (hanya ada di dalam pikiran Tuan Sud) seorang suster bernama Manik yang menjadi pengabdi, penghibur, dan bahkan melebihi perhatian seorang istri pada seorang suami.
Novel ini sendiri ditulis cukup lama, kurang lebih lima tahun, mulai ditulis di tahun 2017, namun sempat vakum dan mulai kembali menulis di tahun 2020,2021, dan dicetak di tahun 2023.
Ketua Umum Hiski Pusat, sekaligus Guru Besar Antropologi Sastra, Fakultas Bahasa, Seni dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M. Hum mengatakan novel ini sangat layak untuk dibaca, dengan membaca novel ini, pembaca akan diajak bertamasyia ke rumah bayang indah dan mempesona, karena dalam novel tersebut penulis memanfaatkan aspek tanaman sebagai sumber naratologi.
Novel ini sendiri bisa didapatkan oleh para pembaca di Penerbit CV. Faqih Karya Publishing, Jalan Kabun Sari, Petobo, Kota Palu. ENG