SULTENG RAYA – Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menjadi provinsi pertumbuhan ekonomi yang tertinggi kedua se-Indonesia.

Hal itu disampaikan Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulteng, Miftachul Choiri saat sambutan dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia 2025 dengan tema “Tangguh dan Mandiri, Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berdaya Tahan”, yang berlangsung di Sriti Convention Hall, Kota Palu, Jumat (28/11/2025) malam.

“Kinerja perekonomian Sulawesi Tengah masih tumbuh tinggi pada triwulan III 2025 ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 7,79 persen, lebih tinggi dibandingkan nasional yang tumbuh 5,04 persen, dan menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi kedua se-Indonesia di bawah Maluku Utara sebesar 39,10 persen,” kata Miftachul Choiri.

Menurutnya, capaian ini mencerminkan ketahanan ekonomi daerah yang kuat didorong dengan aktivitas industri pengolahan logam dasar yang tetap ekspansif serta kinerja ekspor yang solid.

Miftachul menjelaskan, kuatnya perekonomian Sulawesi Tengah pada 2025 terutama ditopang pada akselerasi investasi dan kinerja sektor eksternal, pembentukan modal tetap bruto tumbuh solid sejalan dengan berlanjutnya ekspansi industri pengolahan berbasis hilirisasi nikel yang terus meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas strategi nilai di kawasan industri.

Untuk pertumbuhan ekonomi Sulteng dari sisi eksternal kata Miftachul, ekspor komoditas nikel tetap menjadi penopang utama yang didorong oleh permintaan global yang masih cukup tinggi.

Selain itu, secara sektoral Miftachul menyebutkan ada tiga lapangan usaha yang berkontribusi tinggi mendorong perekonomian Sulawesi Tengah yang pertama lapangan usaha di bidang industri pengolahan, yang kedua lapangan usaha di bidang pertambangan serta lapangan usaha di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan.

“Di tengah kinerja perekonomian Sulawesi Tengah yang tetap kuat terdapat sejumlah tantangan yang menjadi perhatian bersama, capaian inflasi bulan berjalan yang masih sedikit di atas target menjadi resiko yang dapat menahan daya beli masyarakat sekaligus mempengaruhi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi kedepan,” jelasnya.