SULTENG RAYA- Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu melaksanakan webinar internasional bertema “Integrasi Nilai Spiritual dan Moral dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Era Digital”, Sabtu (23/11/2025).

Kegiatan ini diikuti delapan perguruan tinggi dalam dan luar negeri, di antaranya UCSI University Malaysia, Universitas Muhammadiyah Palu, Universitas Lampung, IAI YPBWI Surabaya, STAI Al-Fattah Pacitan, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Parepare, dan Institut Agama Islam Diniyyah Pekanbaru.

Webinar menghadirkan dua narasumber utama, yakni Ketua Program Pendidikan Awal Kanak-Kanak UCSI Malaysia Assoc. Prof. Dr. Azhar bin Md. Adnan sebagai keynote speaker, serta Ketua Perkumpulan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PPIAUD) Indonesia, Dr. Nur Hamzah, M.Pd.

Dekan FAI Unismuh Palu, Dr. Muhammad Rizal Masdul, S.Pd.I., M.Pd.I., dalam sambutannya membuka kegiatan menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan narasumber. Ia menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan fase paling krusial dalam membentuk karakter, moral, spiritual, serta kepribadian anak.

“Pada masa golden age, anak mengalami perkembangan pesat secara kognitif, sosial, emosional, moral, dan spiritual. Pendidikan pada tahap ini tidak hanya fokus pada kemampuan akademik, tetapi juga penguatan nilai-nilai spiritual dan moral sebagai bekal masa depan,” ujar Rizal.

Ia juga menyinggung tantangan era digital yang membuat anak-anak semakin akrab dengan perangkat teknologi. Meski memiliki sisi positif, paparan digital tanpa kontrol dapat berdampak negatif, seperti menurunnya interaksi sosial, ketergantungan gawai, hingga konsumsi konten yang tidak sesuai usia.

“Inilah tujuan kita mengikuti webinar ini, untuk mendengar pemaparan solusi dari para ahli terkait tantangan tersebut,” tambahnya.

Sementara itu, Assoc. Prof. Dr. Azhar menekankan pentingnya keteladanan orang tua dan guru pada usia 0–6 tahun. Menurutnya, anak sangat mudah meniru apa yang mereka lihat, sehingga figur terdekat memiliki peran besar. “Keteladanan orang tua dan guru sangat penting, karena anak akan meniru apa yang mereka lihat,” ungkapnya.

Ia juga mengingatkan perlunya membatasi penggunaan gawai pada anak. Kemudahan akses terhadap figur-figur digital, termasuk karakter superhero, dapat menggeser sosok teladan utama dalam kehidupan anak.

“Anak bisa berpindah idola dari orang tua atau guru ke figur digital yang mereka lihat di gawai. Bahkan mereka akan meniru perilaku tokoh tersebut,” jelasnya.

Ia mendorong orang tua lebih sering melibatkan anak dalam aktivitas nyata, misalnya membantu di dapur, untuk mengurangi ketergantungan pada gawai.

Senada dengan itu, Dr. Nur Hamzah, M.Pd., menegaskan bahwa intensitas penggunaan gawai yang berlebihan dapat memengaruhi pola interaksi sosial anak dan berpotensi berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. ENG