SULTENG RAYA– Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80, sejumlah mahasiswa di Kota Palu, Sulawesi Tengah menyampaikan pandangan kritis mengenai arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Bagi mereka, kemerdekaan Indonesia saat ini masih sebatas status, belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh rakyat.
Seorang mahasiswa bernama Hartika berpendapat, bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika setiap warga negara terbebas dari kemiskinan, ketidakadilan, dan diskriminasi.
“Bukan cuma pemerintah yang senang, tapi rakyat juga harus senang,” ujarnya.
Ia menilai saat ini hanya negara yang merdeka, sementara rakyat masih menghadapi masalah hukum, pendidikan, dan ekonomi.
Mahasiswa bernama Jannah menyampaikan pendapat serupa, merasa belum merdeka karena kesulitan mengakses beasiswa, meskipun ia merasa layak. Ia juga mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya mengancam privasi, seperti pemantauan rekening pribadi dan penyalahgunaan data warga.
Sementara itu, Lilik menilai kemerdekaan Indonesia baru sebatas status di atas kertas. Menurutnya, realita menunjukkan masih banyak rakyat kelaparan, sekolah yang terbengkalai, dan koruptor yang bebas menikmati hasil kejahatan. “Keadilan hukum sering kali hanya bisa dibeli dengan uang,” ujarnya.