SULTENG RAYA – Kejadian meninggalnya pasien atas nama I Nyoman Yafet (77 tahun) di lift Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anuntaloko Parigi pada Sabtu (24/2/2024) pekan lalu dianggap selesai oleh pihak keluarga.
Artinya pihak keluarga tidak mempersoalkan atau meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit. Bahkan pihak keluarga sudah membuat dan menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa pihak keluarga tidak mempersoalkan kejadian tersebut.
“Surat pernyataan itu ditandatangani lima orang mewakili keluarga almarhum yakni istri almarhum, istri saya Niluh Yenny Striari yang merupakan anak pertama almarhum, I Made Benny Dwi Alpius yang merupakan anak kedua almarhum, satu keluarga yang di depan rumah ini dan saya sendiri selaku menantu almarhum yang melihat langsung kejadian tersebut,”John Sadrach Hode menantu almarhum didampingi istri dan iparnya kepada wartawan media ini di rumahnya di Desa Tanalanto Kecamatan Torue, Rabu (6/3/2024).
John yang ikut membawa pasien dari ruang Bayur menuju ICU menuturkan, mertuanya tersebut meninggal dunia setelah dipindahkan dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke ruang perawatan Bayur di lantai III. Menurutnya, kondisi almarhum sudah lemah sejak dari IGD hingga ke ruang Bayur akibat diare yang terus menerus. Padahal katanya sebelumnya pasien sudah diperiksa dokter.
Melihat kondisi pasien yang mulai kritis, John meminta perawat yang bertugas untuk melihat kondisi almarhum. Dua orang perawat yang bertugas di tempat tersebut lalu melakukan penanganan medis diantaranya memberikan bantuan oksigen. Selanjutnya oleh perawat tersebut menyampaikan kepada pihak keluarga agar pasien harus segera dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan pengananan medis yang lebih intensif. Dalam proses pemindahan tersebut menggunakan lift dari lantai III menuju lantai dasar sekitar pukul 11.30 WITA.
“Ruang liftnya sempit kami masuk berempat tidak bisa. Makanya kami pakai dua lift. Lift pertama digunakan membawa pasien bersama seorang perawat perempuan. Sedangkan saya dengan mama bersama satu perawat laki-laki turun di lift kedua. Kami sudah sampai di lantai I, tunggu-tunggu, kok lift yang membawa pasien masih diangka 2 terus,”jelasnya.
“Perawat laki-laki yang turun bersama kami curiga ada masalah dengan lift yang membawa pasien. Kayaknya liftnya takancing. Dia langsung lari panggil satpam lalu lari ke lantai II melalui tangga. Kemudian dia turun lagi panggil saya untuk minta tolong naik ke lantai II untuk bantu buka lift yang mengalami gangguan. Setelah kami berusaha, akhirnya lift bisa terbuka. Ranjang tempat pasien berhasil kami keluarkan dari dalam lift. Namun kondisi mertua saya terlihat sudah lain. Perawat lalu memeriksa pupilnya menggunakan senter namun sudah tidak bergerak dan dinyatakan sudah meninggal. Jadi sebelumnya meninggal sempat dilakukan penanganan medis oleh perawat,”tambahnya.
John menambahkan, karena pasien sudah dinyatakan meninggal dunia, selanjutnya dipindahkan ke kamar jenazah untuk dimandikan dan diberi formalin.
John juga menuturkan, mertuanya tersebut menderita komplikasi penyakit jantung, paru, prostat dan gagal ginjal sehingga harus keluar masuk rumah sakit termasuk rumah sakit di Palu.
“Jadi intinya kami dari keluarga sudah ikhlas atas meninggalnya mertua saya, tidak mempersoalkannya karena memang sudah cukup lama menderita sakit. Untuk jalan di rumah ini pun susah karena dua lututnya bengkak,” pungkasnya. AJI