SULTENG RAYA – Koordinator Bidang Pendidikan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),  Ahmed Kurnia menyebut Provinsi Sulteng  akan menjadi kiblat jurnalisme kebencanaan.

Hal itu diungkapkan Ahmed Kurnia  saat membawakan materi pada lokakarya yang bertajuk “Jurnalisme Kebencanaan: Pendekatan Sinergi dalam Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sulawesi Tengah” yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Hotel Santika Kota Palu, Jum’at, (26/52023) pekan lalu.

Menurut Ahmed, Jurnalisme Kebencanaan merupakan genre baru, olehnya sebagai wilayah yang rawan bencana, Sulawesi Tengah akan menjadi kiblat bagi Jurnalisme Kebencanaan.

“Kita telah berpengalaman menangani berbagai bencana alam, karena itu sangat tepat jika Kementerian PUPR mengadakan Lokakarya ini”, katanya.

Menurut Ahmad, media harus mencerahkan dan mengedukasi. Para jurnalis harus memperhatikan sumber berita yang legitimate dan akurat. “Dalam Jurnalisme Kebencanaan, wartawan harus memiliki keberpihakan kepada kemanusiaan,” jelas Ahmed.

Selain Ahmed Kurnia, Lokakarya itu juga menghadirkan dua narasumber lainnya yakni Sekretaris PWI Sulteng, Temu Sutrisno dan  Pimpinan Redaksi Metro Sulawesi, Udin Salim.

Temu Sutrisno menekankan bahwa jurnalisme kebencanaan harus menitikberatkan pentingnya informasi kemanusiaan yang imparsial, memenuhi hak-hak penyintas. “Lebih dari itu, Pers harus menjadi media sambung rasa dan selalu berpijak pada kemanusiaan dan kebangsaan,”jelasnya.

Sementara Udin Salim menjelaskan tentang pentingnya  pemulihan psikologis, tidak melukai perasaan korban, kontinuitas berita dan autentik.

“Media tidak boleh mencampuradukkan fakta dan opini serta tidak menghakimi”, ungkapnya.

Lokakarya itu dihadiri puluhan peserta yang terdiri dari unsur media lokal – nasional, cetak, elektronik dan online. WAN