Usai bicara soal seleksi, Abdul Sahid menyentuh isu yang belakangan kerap mencuat di dunia olahraga daerah yakni pemain bayaran. Ia menegaskan akan berkoordinasi dengan KONI Kabupaten Parigi Moutong dan Pengprov PBVSI Sulawesi Tengah untuk mematangkan aturan menjelang Porprov X Morowali 2026.

“Kita ingin mengorbitkan anak asli daerah. Untuk apa kita menang kalau semua pemainnya dari luar Sulawesi Tengah?. Daripada membayar atlet dari luar daerah, lebih baik uang tersebut kita gunakan untuk melatih atlet kita sendiri,” tegasnya.

Menurutnya, ketidakadilan bisa tercipta jika ada kabupaten lain yang mampu membeli banyak pemain dari luar daerah sementara atlet lokal kehilangan panggung untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Porkab dan Porprov, katanya, harus menjadi rumah tumbuhnya bakat asli Parigi Moutong, bukan sekadar ajang belanja kekuatan.

Dengan waktu persiapan yang masih panjang, Sahid optimis atlet bola voli Kabupaten Parigi Moutong mampu meraih tertinggi di ajang Porprov.

Menutup sambutannya, Sahid mengingatkan bahwa setiap kompetisi memang melahirkan pemenang, tetapi pada akhirnya olahraga adalah perekat kebersamaan.

“Semua ingin menang, tapi persaudaraan tetap harus dijunjung. Olahraga menyatukan kita, menjaga persatuan masyarakat Parigi Moutong,” pungkasnya. AJI