Tidak hanya sekedar melihat proses pembuatannya, peserta SNA juga ditawarkan produk BUMDes Gerbang Emas Desa Towale yang mencerminkan kekayaan budaya dan kuliner lokal.

Tenun Donggala tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga menyimpan simbol sosial dan spiritual. Motif Bomba, misalnya, merepresentasikan keteguhan hati, sedangkan motif Subi melambangkan keanggunan dan kebijaksanaan. Dalam masyarakat setempat, kain tenun kerap digunakan pada upacara adat, pernikahan, hingga penyambutan tamu kehormatan.

BUMDes Gerbang Emas Desa Towale mencatatkan transaksi sekitar Rp42 juta dari penjualan produk unggulan desa atas kunjungan wisata peserta SNA selama 90 menit.

Kain tenun Donggala, baik motif Subi maupun Bomba, menjadi primadona dengan penjualan puluhan lembar yang mencapai puluhan juta rupiah. Selain itu, kerajinan tangan seperti topi siga, gantungan kunci, dan bros turut menarik perhatian peserta SNA.

Di sisi lain, kuliner khas seperti kapurung, cendol sagu, dan beragam kue tradisional seperti bagea, rengga, dan baruasa menambah warna pada transaksi ekonomi desa.

Tak hanya Desa Towale, geliat ekonomi juga terasa di sektor pariwisata Donggala. Data menunjukkan adanya transaksi senilai Rp25 juta di destinasi unggulan seperti Pusentasi dan Pantai Kura-kura.

Kehadiran peserta SNA dari berbagai daerah terbukti mendorong kunjungan wisata sekaligus memperkenalkan potensi alam Donggala ke audiens yang lebih luas.

SNA XXVIII menjadi bukti nyata bahwa kegiatan akademik dapat selaras dengan pemberdayaan masyarakat. Sinergi antara Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako, Pemerintah Kabupaten Donggala, dan pelaku usaha mampu menciptakan dampak berantai bagi ekonomi lokal. Selain meningkatkan transaksi, momentum ini juga memperkuat kepercayaan diri pelaku UMKM dan BUMDes untuk terus berinovasi. *WAN