SULTENG RAYA- Sejumlah dosen peneliti Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu, mengundang puluhan pelaku usaha UMKM Hutan Kota Palu mengikuti  Focus Group Discussion (FGD) untuk mendapatkan masukan penyebab sepinya pegunjung di hutan kota saat ini.

Dosen peneliti Unismun Palu itu terdiri dari lima orang, masing-masing Dr. Rukhayati, SE., MM (Ketua Tim Peneliti), Dr. Rahmawati, SE, MM (Anggota tim peneliti), Dasa Febrianti, SE., MM (Anggota Tim Peneliti), Nursalim, S. Kom., M. Kom (Anggota tim Analisis), dan Suwedy, SM, MM (Anggota tim Analisis) tengah melakukan riset penyebab sepinya hutan kota dengan mengakat tema “Model Konseptual Pengaruh SDM Terhadap Keberhasilan UMKM Sektor Makanan Analisis Perbandingan UMKM Ramai dan Sepi”.

FGD ini juga mengundang Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Tengah dan Yayasan Multiparadigma Sulawesi Tengah, serta dihadiri oleh mahasiswa.

Kegiatan tersebut berlangsung di ruang rapat Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unismuh Palu, Rabu (27/8/2025). Dengan harapan hasil riset yang dilakukan oleh dosen peneliti ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai pemangku kepentingan di Hutan Kota Palu.

Pasalnya, awal terbentuknya UMKM di Hutan Kota Palu tahun 2019 begitu ramai, namun di awal tahun 2024 tetiba berangsur-angsur ditinggalkan pengunjung, tersisa saat ini yang datang berkunjung kebanyakan pelanggan lama.

Bahkan kerap kali dalam satu minggu ada cafe UMKM yang tidak mendapatkan pengunjung, akibatnya bahan baku seperti alpukat dan pisang yang disediakan hanya dibuang begitu saja, karena jika disimpan dalam waktu lama di alat pendingin (kulkas) cita rasanya berubah.

Belum lagi beban distribusi keamanan dan listrik yang harus tetap dikeluarkan, Rp5 ribu permalam, baik dalam kondisi ramai dan tidak, buka maupun tutup, distribusi tersebut wajib dikeluarkan oleh setiap café UMKM yang ada.

Dalam FGD tersebut terungkap, salah satu penyebab kurangnya pengunjung di hutan kota itu disebabkan karena saat ini sudah banyak pilihan tempat nongkrong masyarakat, mulai dari tepi Pantai Talise hingga Kampung Nelayan, begitu juga di lapangan Walikota Palu (Vatulemo).