Menurut Kadis, hal ini menunjukkan bahwa sektor swasta dapat menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun kota yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Kadis menegaskan bahwa Bank Sampah Mutiara diharapkan mampu menjadi motor penggerak perubahan perilaku masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah sejak dari rumah tangga.
Selain memberikan manfaat lingkungan, bank sampah juga diyakini mampu meningkatkan nilai ekonomi dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan masyarakat.
“Kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat adalah kunci untuk menciptakan Palu yang bersih, sehat, dan hijau. Oleh karena itu, saya mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menjaga dan mengembangkan program bank sampah ini agar benar-benar memberikan manfaat besar bagi warga,” tambah Kadis.
Kadis Arif juga memaparkan bahwa hingga saat ini, di wilayah Birobuli Utara sudah ada dua pelaku usaha yang berkolaborasi dalam pengelolaan sampah, termasuk PT United Tractors dan perusahaan migas di sekitar bandara.
Perusahaan migas tersebut sebelumnya telah menandatangani MoU dengan TPS3R di Kelurahan Petobo, Palu Selatan, untuk mengelola sampah mereka.
“Harapannya, sampah yang ditimbulkan oleh UT juga bisa dikelola oleh Bank Sampah Mutiara. Sesuai perundang-undangan, kita wajib mengelola sampah kita sendiri. DLH bertugas mengangkut, sementara masyarakat dibantu untuk memilah. Sampah memiliki nilai ekonomi jika dipilah,” jelas Kadis.