SULTENG RAYA – Di ujung utara Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, dua pulau kecil Lipang dan Laotongan dahulu hanya mengenal malam sebagai gelap yang nyaris abadi. Setiap senja tiba, aktivitas masyarakat harus berpacu dengan waktu. Sebab setelah matahari tenggelam, hanya lampu pelita dan genset yang berdengung beberapa jam sebagai satu-satunya sumber cahaya.
Namun, angin perubahan kini berembus bersama angin laut. Pemerintah melalui PLN menghadirkan harapan baru untuk masyarakat dua pulau tersebut: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Bukan sekadar membangun pembangkit, namun juga menghadirkan keberlanjutan dan kehidupan yang lebih baik.
Dua pembangkit hijau yang dibangun di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara ini adalah PLTS Lipang dengan kapasitas 93 kilowatt peak (kWp) dan PLTS Laotongan dengan kapasitas 180 kWp. Kedua pembangkit tersebut merupakan bagian dari 47 PLTS tersebar di 47 desa pada 11 provinsi yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto, Kamis (26/6/2025).
Dengan akses yang hanya dapat dilalui menggunakan jalur laut selama 12 jam dari Kota Manado, tantangan geografis tak menyurutkan semangat PLN untuk memberikan akses energi kepada seluruh masyarakat di dua pulau tersebut.
Pada tahap awal, 180 rumah tangga di Pulau Lipang dan Pulau Laotongan telah menikmati listrik 24 jam. Salah satunya adalah Nur Mandak, ibu tiga anak yang merupakan penduduk asli Pulau Lipang. Dirinya tak henti-hentinya meneteskan air mata bahagia saat pertama kali menyalakan lampu di rumahnya.