“Karyawan yang menjalani program alih keahlian ini akan dievaluasi berkala, mencakup empat kriteria. Ada kemampuan bahasa, teknis, manajerial, dan tindak lanjut pascapelatihan. Mereka pun dipromosi agar kariernya dapat berkembang, dari lini produksi ke posisi manajemen,” pungkas Jovin.
Keterampilan Berbahasa, Tingkatkan Interaksi dan Perspektif Komunikasi
Salah satu karyawan lokal di kawasan IMIP yang telah merasakan proses panjang program pembinaan CK adalah Aleksius Yusmido Tangdilomban. Alumni Jurusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin Makassar ini mengungkapkan, proses pembinaan CK mendorongnya untuk mempelajari keterampilan bahasa Mandarin, selain teknis dan manajerial.
“Akan jadi percuma kalau kita hanya punya skill teknis, tapi cara komunikasi ke karyawan Tiongkok dan Indonesia masih ada kendala. Jadi kita juga harus mempelajari bahasa Mandarin,” kata putra Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan itu, Kamis (03/07/2025).
Setelah menjalani pembinaan selama sekira 14 bulan, pria kelahiran 26 tahun lalu tersebut mendapat promosi jabatan menjadi teknisi pada Juli 2022. Saat itulah ia banyak berinteraksi dengan rekan kerja asal Tiongkok dan memeriksa dokumen-dokumen berbahasa Mandarin. Aleksius mengikuti pelatihan bahasa selama enam bulan yang diadakan perusahaan tempatnya bekerja. Dari proses secara mandiri dan praktik langsung, Aleksius perlahan mampu meminimalisasi kesalahpahaman komunikasi dengan TKA, bahkan tanpa bantuan penerjemah/juru bicara.
Setelah lulus program pembinaan CK, sejak Oktober 2023 Aleksius menjabat Wakil Supervisor Mekanikal di Departemen Perawatan 2 PT Cemerlang Servis Perawatan (CSP). Menurutnya, kemampuan dan keluwesan dalam bersosialisasi menjadi kunci utama kesuksesan karyawan CK untuk bekerja optimal dengan karyawan atau atasan asal Tiongkok. Selain itu, ia juga semakin memahami budaya kerja Tiongkok yang memprioritaskan efisiensi, tepat dan cepat dalam bekerja.