Praktek reklamasi paska tambang secara progresif untuk meminimalkan luasan bukaan dan mengurangi resiko erosi dan sedimentasi. Lebih dari 60% lahan yang dibuka untuk pertambangan telah direklamasi.

Dalam pelaksanaan reklamasi, PT Vale menggunakan pendekatan ekosistemik, termasuk melakukan konservasi spesies tanaman untuk menjaga keanekaragaman hayati baik di lokasi tambang maupun di luar lokasi tambang.

Kegiatan reklamasi ini didukung dengan adanya fasilitas Nursery modern dengan kapasitas produksi 700 ribu bibit per tahun.

Selain itu, PT Vale juga membangun Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Sawerigading Wallacea sebagai pusat pelestarian biodiversitas lokal; pemanfaatan 100% energi bersih dari PLTA untuk proses peleburan di pabrik pengolahan nikel, yang berkontribusi menghindari emisi karbon sekitar ±1 juta ton CO₂ setiap tahunnya;

Menteri Kehutanan, Dr. Raja Juli Antoni, menyampaikan apresiasinya atas pendekatan PT Vale dalam menyeimbangkan kepentingan ekonomi, konservasi lingkungan, dan kesejahteraan sosial.

“Pembangunan tidak boleh berhenti. Namun hutan juga tak boleh punah. Kita harus menyeimbangkan keduanya. PT Vale menunjukkan bahwa industri dapat bergerak maju tanpa mengorbankan kelestarian ekosistem,” ungkap Menteri.

Beliau juga secara khusus mengapresiasi keberhasilan restorasi Hutan Himalaya serta kehadiran Taman Kehati sebagai bentuk nyata dari reklamasi yang berdampak.

 “Sebagai salah satu perusahaa pertambangan yang melakukan pertambangan secara berkelanjutan, saya ingin membuktikan dan hal ini langsung saya saksikan bagaimana proses pertambangan mereka yang memang sangat sesuai aturan,” ujarnya.

“Sumber energi dari air, kemudian kaidah-kaidah lingkungan hidup dipenuhi dan dalam konteks kehutanan sebagai perusahaan yang diberikan IPKKH dan kemudian mereka dapat mereklamasi dengan baik dan kemudian menanam pohon, bahkan tadi kita lihat ada yang dari tahun 2025, sudah hampir sama dengan hutan alam,” tuturnya.