Melihat potensi alam lain di daerahnya, Tjahyani kemudian mengolah serat pisang abaka—tanaman endemik dari Kabupaten Talaud—menjadi bahan kerajinan. Serat alami ini dikenal kuat, lentur, dan berwarna cerah, sehingga cocok digunakan untuk membuat tas, dompet, hingga berbagai aksesori berbasis serat alam.

“Dengan bimbingan dari Akademi UMK Pertamina Patra Niaga, saya tidak hanya dibantu dalam pengembangan produk, tetapi juga dalam pemasaran dan pelatihan manajemen usaha. Ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus berkarya sekaligus mengangkat potensi lokal Sulut,” ujar Tjahyani.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw, menyampaikan bahwa kisah Tjahyani merupakan contoh semangat UMK binaan Pertamina yang tangguh dan inovatif.

“Pertamina Patra Niaga melalui Akademi UMK hadir untuk mendorong pelaku usaha kecil agar mampu bertahan dan berkembang dengan pendekatan inovatif dan ramah lingkungan. Kami bangga dapat mendampingi UMK seperti Ibu Tjahyani yang tidak hanya kreatif, tetapi juga berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal,” jelas Fahrougi.

Ke depan, Akademi UMK Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi terus berkomitmen memperluas jangkauan pembinaan bagi pelaku usaha mikro kecil di berbagai wilayah Sulawesi. Melalui program ini, Pertamina Patra Niaga memberikan pendampingan yang berkelanjutan meliputi pengembangan produk, pelatihan manajemen usaha, penguatan akses pemasaran, serta penerapan prinsip usaha ramah lingkungan. Diharapkan, potensi lokal yang melimpah dapat terus tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang berdaya saing di tingkat nasional maupun global. *WAN