SULTENG RAYA – Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) menggelar Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar bagi mahasiswa PPG gelombang 2 semester 2 tahun 2024.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 9 hingga 11 Juni 2025 dipusatkan di Lapangan FKIP Untad Palu.
Kursus ini menjadi bagian dari pembekalan wajib bagi 428 mahasiswa PPG yang tengah mempersiapkan diri menjadi guru profesional. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Dekan FKIP Untad, Dr. Jamaludin, M.Si, yang menegaskan pentingnya pemahaman kepramukaan bagi calon guru, khususnya sebagai bekal menjadi pembina Pramuka di sekolah tempat mereka mengabdi kelak.
“Saya berharap semua peserta dapat lulus PPG dan diterima menjadi guru di sekolah. Tapi tidak cukup hanya menjadi guru, mereka juga harus menjadi Pembina Pramuka yang handal. Oleh karena itu, kursus ini sangat penting,” ujar Dr. Jamaludin, Senin (9/6/2025).
Dr. Jamaludin juga berharap kepada para pelatih dan pemateri kursus pramuka, agar mereka ini tidak hanya diberi teoritis selama tiga hari itu, namun harus ada praktek nyata, sehingga ketika siswanya di sekola bertanya mereka bisa menjawab dan memberikan contoh seperti yang mereka dapatkan saat kursus kepramukaan.
“Kepramukaan tidak bisa hanya dipelajari secara teori. Harus ada praktik yang nyata. Ketika nanti siswa bertanya, mereka bisa menjawab dan bahkan menunjukkan langsung seperti apa bentuk kegiatan Pramuka itu. Di sinilah pentingnya kursus seperti ini,” lanjutnya.
Dr. Jamaludin berpesan agar para peserta kursus memanfaatkan momen ini sebagai ajang memperluas jaringan sosial. Mengingat peserta PPG berasal dari berbagai daerah di Indonesia, jaringan ini dapat berguna di masa depan ketika mereka ditempatkan mengajar di daerah lain.
Sementara itu, Koordinator Prodi PPG Untad, Prof. Dr. Ijirana, M.Si, menjelaskan bahwa kegiatan kursus ini merupakan bagian dari kurikulum wajib PPG dan diselenggarakan serentak oleh seluruh perguruan tinggi penyelenggara PPG di Indonesia.
“Kegiatan ini wajib bagi seluruh peserta PPG. Di sini mereka belajar dasar-dasar kepramukaan, seperti tali-temali, semaphore, dan pencarian jejak. Ini adalah keterampilan dasar yang akan mereka bawa ke sekolah nanti,” ungkap Prof. Ijirana.
Menurutnya, keluhan dari kepala sekolah selama ini menjadi salah satu alasan kursus ini digalakkan. Banyak mahasiswa PPG yang tidak memahami kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan saat praktik di sekolah. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan minimnya kesiapan mereka sebagai pembina Pramuka.
Prof. Ijirana juga mengingatkan bahwa mahasiswa PPG adalah generasi penerus guru Indonesia yang akan membawa bangsa menuju visi Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, mahasiswa PPG tidak hanya harus unggul secara kognitif, tetapi juga secara non-kognitif melalui pelatihan seperti Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar .
“Kita ingin mereka siap menjadi guru masa depan yang komprehensif menguasai pelajaran, tetapi juga punya nilai sosial, tanggung jawab, dan kepemimpinan,” tambahnya.
Dalam kursus yang berlangsung tiga hari ini, peserta mendapat materi dan pelatihan langsung dari para pemateri yang berasal dari kalangan dosen Untad serta praktisi Pramuka yang berpengalaman. Kegiatan dilakukan dengan metode kombinasi teori dan praktik lapangan, termasuk simulasi kegiatan kepramukaan yang biasa dilakukan di sekolah.
Kursus ini juga menjadi bagian dari persiapan menuju peluang rekrutmen guru dalam waktu dekat. Prof. Ijirana menyampaikan kabar baik bahwa dalam waktu dekat akan dibuka rekrutmen guru sekolah rakyat yang diprioritaskan untuk alumni PPG, bukan guru yang sudah berstatus PNS.
“Ini peluang besar bagi kalian. Tapi perlu dicatat, meski prioritas diberikan ke alumni PPG, jumlah lulusan tetap tidak sebanding dengan kebutuhan guru. Jadi tetap ada persaingan,” ujarnya.
Ia juga menyinggung bahwa setelah rekrutmen guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) selesai tahun ini, maka ke depan sistem rekrutmen guru akan langsung melalui jalur Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Oleh karena itu, lulusan PPG harus siap secara administratif maupun kompetensi.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa jika mahasiswa tidak lulus PPG, maka mereka tidak akan mendapatkan sertifikat pendidik, yang menjadi syarat utama untuk menjadi guru ASN maupun non-ASN di Indonesia.
“Tanpa sertifikat pendidik, peluang kalian menjadi guru akan tertutup. Jadi manfaatkan semua kegiatan, termasuk kursus ini, dengan sungguh-sungguh,” tegasnya. ENG